13 July 2014

Mereka yang Bertanya

Satu hal yang dilakukan tidak hanya memiliki satu tujuan. Kadang malah yang dilakukan sama sekali tidak ada hubungannya dengan tujuan tersebut.

Apa tujuan paling logis dari bertanya?
Mendapatkan jawaban?

Katakanlah, kita ada dalam suatu diskusi dimana dalam diskusi tersebut dibicarakan mengenai lima hal yakni A,B,C,D,E.
Apa yang sebaiknya dilakukan bila berhadapan dengan orang-orang macam ini yang kebetulan diberikan kesempatan untuk bertanya?(kita dapat bertemu orang-orang begini dimana-mana)

1. Orang yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk berbicara yang ternyata isi bicaranya merangkum penjelasan dari pembicara diskusi sebelumnya dari A hingga E, lalu kemudian bicara berputar-putar lagi sampai kita sadar bahwa dia tidak mengajukan pertanyaan apapun, lalu kita harus mendesaknya untuk mengeluarkan pertanyaannya seperti “Maaf, jadi pertanyaannya apa?” Kemudian orang tersebut mengeluarkan pertanyaan darurat (orang ini tidak ingin bertanya, hanya ingin berbicara dan diperhatikan).
Jawab: berikan jawaban darurat untuk pertanyaan darurat.

2. Orang yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk berbicara berbusa-busa yang ternyata isi pembicaraannya adalah pengetahuan di kepalanya, (ternyata orang ini juga tidak ingin bertanya, ia hanya ingin berbicara dan diperhatikan bahwa ia juga memiliki pengetahuan, yang menurutnya tidak dimiliki oleh si pembicara, maka sepulang dari sana orang tersebut bisa merasa hebat dan jauh lebih baik dan bisa tidur lebih nyenyak), lalu setelah beberapa kalimat mendayu-dayu yang sama sekali bukan mengenai A hingga E melainkan X hingga Z keluar dari mulutnya, kita harus mendesaknya agar lebih efisien seperti “Maaf, jadi pertanyaannya apa?” (lalu orang ini biasanya akan bertanya yang intinya ingin menerapkan apa yang kita lakukan di A hingga E pada suatu X hingga Z, yang tentunya sebenarnya kurang relevan untuk ditanyakan).
Jawab: berikan jawaban tidak relevan untuk pertanyaan tidak relevan.

3. Orang yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu setelah mendapat kesempatan bicara melesat ke hadapan penonton sambil memegang mikrofon, setelah sadar betul jadi pusat perhatian, ia berbicara keras-keras dan menggebu-gebu (padahal sudah memakai mikrofon) aksinya ini biasanya melencengkan batas antara diskusi atau debat, lalu dibubuhi kata-kata yang kurang pantas, seperti dirinya yang melenceng, ia pun membuat sifat diskusi yang melenceng jadi debat melenceng lagi menjadi verbal abuse; pertama dari volume suara kerasnya yang mengganggu, kedua dari pemilihan kata yang menyiratkan banyak makna seperti kemisoginisan dan ketidakmampuan untuk menerima pandangan yang berbeda, serta menyiratkan banyak ketidakpuasan pada dirinya yang dilimpahkan pada orang lain, ketiga ya, orang ini memang senang mengkritik dan mencerca dan mendapatkan kepuasan dari hal tersebut. Setelah bicara panjang lebar hingga menyulut emosi, kita harus mendesaknya supaya ia cepat-cepat selesai bicara dan mengeluarkan pertanyaan “Maaf, jadi pertanyaannya apa?” Lalu orang ini biasanya akan membentur-benturkan A dengan H, B dengan G, C dengan J, dan seterusnya, ternyata bahkan orang ini belum membaca bahan diskusi (orang ini tidak ingin bertanya, hanya ingin menyulut konflik dan sepertinya orang macam ini harus digotong ramai-ramai lalu dibawa ke psikolog saja atau asylum sekalian).
Jawab: berikan jawaban yang menyulut konflik untuk pertanyaan yang menyulut konflik(?)

4. Orang yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk berbicara panjang lebar, lalu kita sadar bahwa orang ini sedang entah kenapa menceritakan cerita hidupnya yang sama sekali tidak relevan, lalu kita harus memotong ceritanya dan bertanya “Maaf, jadi pertanyaannya apa?” Lalu orang ini biasanya akan bingung juga pada diri mereka sendiri di tengah cerita mereka.
Jawab: tidak perlu memberikan jawaban pada tidak ada pertanyaan.

5. Orang yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk berbicara dengan singkat, padat, relevan, dan efisien, untuk bertanya dengan cerdas namun tidak songong.
Jawab: jarang sekali bertemu dengan orang macam ini (angkat bahu), berikan momen sesaat untuk merasa kagum, dan jawab pertanyaannya baik-baik sebisanya.

7 July 2014

Suka-Suka


Kunci dari kehidupan adalah mencari kesenangan dan menghindari kesakitan. Cara hidup yang baik adalah menggunakan gaya hidup yang sederhana, sesekali bersama dengan orang-orang yang kita kasihi, sesekali menyendiri, sebisa mungkin menjauh dari hal-hal dan orang-orang tak kita sukai atau berpengaruh buruk pada diri kita. Sebagai orang yang pernah teraniaya dengan kesibukan, ketika mendapatkan waktu libur, cara memanfaatkan waktu libur yang baik adalah bangun dari tidur yang nyenyak, senyum pada bayangan di cermin walaupun bayangan itu nampak semrawut, cuci muka dan sikat gigi, membuat sendiri sarapan plus makan siang kesukaan seperti misalnya roti isi telur dan tomat,  susu full cream dan dua sendok madu, dan pisang, baca buku sedikit, main piano sedikit, mandi, pergi keliling sedikit, melakukan hal-hal menyenangkan, lalu tidur malam dengan gembira.