26 July 2013

Ancient Aliens

Kemarin banget, saya nonton Ancient Aliens lagi, setelah absen beberapa lama karena skripsi (yayaya, di mana-mana selalu harus ada sesuatu atau seseorang yang perlu disalahkan).

Episode kemarin seru banget menurut saya. Entah memang saya yang suka sama hal-hal semacam ini, udah lama gak nonton, atau apa, ya pokoknya menarik lah buat saya.


Episode kemarin berfokus pada Erich von Däniken yang membuat beberapa buku kontroversial yaitu Chariots Of The Gods?, Gods From Outer Space, History Is Wrong, dsb. Bagaimana gak kontroversial? Mengenai von Däniken, baik kaum ilmuwan maupun agamawan memiliki kesamaan pandangan: bahwa von Däniken ngaco abis. Oleh para ilmuwan, karya-karyanya diklasifikasikan sebagai pseudoscience, pseudohistory, pseudoarchaeology. Oleh para agamawan, karya-karyanya diklasifikasikan sebagai produk murtad.

Kenapa?

Mungkin karena baik ilmuwan maupun agamawan memiliki kotaknya masing-masing, dan von Däniken jelas tidak muat di sana.
Mungkin karena baik ilmuwan maupun agamawan lupa dan tidak sadar bahwa von Däniken adalah orang yang hobi bertanya saja (kabarnya isi dalam bukunya adalah ribuan pertanyaan, sayangnya rentetan tanda tanya besar tersebut luput dari kebanyakan mata para pembacanya). HOW? WHAT? WHAT IF?

Meskipun pendekatannya berbeda, baik ilmuwan maupun agamawan setuju bahwa manusia adalah makhluk terbaik; ilmuwan akan menunjukkan tahapan evolusi hingga akhirnya ada yang namanya Homo sapiens, agamawan akan menunjukkan ayat-ayat penciptaan hingga ada yang namanya manusia.

Bagaimanapun itu, Homo sapiens, manusia, sudah ada sejak kira-kira 250.000 tahun lalu, berkeliaran di bumi, beranak pinak, namun baru 50.000 tahun belakangan tiba-tiba ada lompatan besar pada Homo sapiens/manusia ini. Dari manusia pemakan pisang, manusia gua, manusia pindah-pindah, menjadi manusia yang mengetahui tentang astronomi, matematika, seni, dsb. Ada lompatan besar dari yang tidak beradab, jadi memiliki peradaban. Bagaimana itu bisa terjadi? Siapa yang mengajarkan peradaban? Kenapa sangat tiba-tiba sekali hingga menjadi quantum leap?

Ilmuwan mungkin akan menjawab: evolusi. Tapi ya kenapa bisa ada quantum leap begini? Agamawan mungkin akan menjawab: Tuhan.

Pada dasarnya, von Däniken berupaya mencari jawaban tersebut dengan berpartisipasi dalam penelusuran arkeologis dan historis. Dia mencari bukti-bukti masa lalu, untuk mendukung kecurigaan dan hipotesa-hipotesanya. Keanehan dan keganjilan artefak dari masa lalu menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, baik oleh dirinya maupun oleh para pembacanya.

Piramida di Mesir merupakan bangunan besar yang aneh, untuk ukuran zaman tersebut bangunan tersebut hampir mustahil untuk dibangun, meskipun kita mengetahui bahwa yang membangunnya adalah budak-budak di Mesir, namun kita tidak mengetahui siapa yang menyuruh mereka untuk membangun piramida-piramida tersebut. Bahkan sebuah rumah kecil pun punya pemilik, namun piramida hanya bangunan anonim. Stonehenge di Inggris lebih aneh lagi, bangunan yang tidak jelas untuk apa, siapa yang membangunnya, bagaimana cara orang kuno membawa batu-batu sebesar itu, menyusun dan menumpuknya. Lalu, kenapa juga ada kemiripan bentuk piramida, dengan berbagai kuil suku Maya dan Inca (kalau dilihat pada konteks zaman sekarang, bangunan-bangunan tersebut agak menyerupai roket)? Kenapa kisah-kisah kunonya juga memiliki kemiripan?

von Däniken juga menemukan artefak-artefak yang aneh bila dipikirkan lebih lanjut. Misalnya tutup peti mati raja Maya Pakal yang berbentuk aneh (aneh khususnya untuk zaman kuno tersebut, karena raja ini terlihat seperti dalam posisi berkendara, mengendarai suatu kendaraan yang sepertinya menghadap ke atas, dengan tangan dan kaki seperti sedang mengontrol suatu alat).



Lalu misalnya artefak-artefak yang mirip piring terbang dan astronot ini. Apa mungkin orang-orang kuno pernah melihat piring terbang di angkasa, dan melihat astronot juga?





Saya sempat tersasar ke situs yang membahas karya seni yang aneh, silahkan kalau mau ikut tersasar; http://lithiumdreamer.tripod.com/ufoart.html 

Pertanyaan lanjutan adalah, bagaimana jika Jesus, atau Tuhan-Tuhan dan Dewa-Dewa lain adalah alien? 

Pada hampir setiap teks kuno, selalu disebutkan mengenai campur tangan Tuhan atau para Dewa yang berasal dari langit. Mereka melakukan perjalanan dari langit ke bumi dengan kendaraan tertentu (orang kuno menyebutnya sebagai kereta, ular, naga api, dan sebagainya; orang zaman sekarang mungkin menyebutnya sebagai roket, pesawat atau piring terbang). Pola umum pada hampir setiap agama, teks kuno, peradaban kuno adalah: Tuhan atau para Dewa ini, datang dari langit ke bumi pada masyarakat tertentu, lalu menyebarkan gagasan dan mengajarkan beragam ilmu pengetahuan untuk masyarakat yang perlu bantuan kehidupan. Setelah selesai menunaikan tugas untuk mendidik masyarakat tersebut agar beradab, membuat fondasi peradaban, Tuhan atau para Dewa ini kemudian kembali lagi ke langit, dan berjanji bahwa suatu saat nanti akan kembali lagi ke bumi. Terdengar familiar kan? Carilah di setiap teks kuno, ceritanya selalu mirip.


Berdasarkan hipotesa tersebut, Tuhan atau para Dewa mungkin adalah alien yang berkunjung ke bumi, risikonya adalah ajakan untuk ribut dari para ilmuwan maupun agamawan; yang satu meributkan alien, yang satu meributkan Tuhan atau para Dewa, kemungkinan kekeliruan agama mereka karena mungkin kita hanya dikunjungi oleh alien.

Belum selesai dengan kebingungan tersebut, isu per-alien-an ini berkembang lagi; penculikan manusia oleh alien, alien pernah bersetubuh dengan manusia. 
Alien laki-laki melihat bahwa manusia perempuan sangatlah menarik (kejutan?), lalu mencoba berketurunan dengannya, dsb. Terdapat beberapa temuan tengkorak yang menunjukkan bentuk kepala besar yang aneh yang dapat mendukung isu-isu aneh tersebut. 


Pernah penasaran kenapa patung-patung Mesir kuno kepalanya lonjong ke belakang? Nefertiti dan Akhenaten misalnya.



Berdasarkan hipotesa per-alien-an, mungkin mereka adalah produk hybrid, persilangan antara manusia dengan alien. Tengkorak aneh yang ditemukan di Mesir dan Peru juga sepertinya menyokong hal ini.

Kembali ke lompatan besar dari yang tadinya tidak beradab menjadi beradab, bagaimana jika sejarah tidaklah sesederhana itu? Bagaimana jika sejarah tidak bersifat linear? Bagaimana jika waktu tidak bersifat linear? Bagaimana jika memang ada alien dari kehidupan planet lain? Bagaimana jika alien-alien kuno adalah manusia di masa depan yang sudah memiliki teknologi mesin waktu sehingga dapat kembali ke masa lalu untuk membantu, mendidik manusia kuno, dan mengatur sejarah peradaban?

Kadang, mungkin kita harus berada di antara yang masuk akal dan tidak masuk akal. Bagaimanapun juga, kita, manusia yang katanya merupakan makhkluk terbaik, hanyalah setitik partikel kecil di alam semesta yang begitu luas.