Saya kagum sama orang yang dengan tegas bilang apa adanya saja bahwa dia tidak punya teman. Entah dia cukup dengan dirinya sendiri saja, atau dia sebenarnya punya teman, tapi dia tidak merasa temannya benar-benar teman. Teman-temanan, teman palsu, supaya kecipratan sesuatu, entah popularitas, status sosial, atau lainnya.
Saya lebih suka hewan dan hutan dibanding orang-orang. Saya lebih senang sendirian dan tidak pernah merasa kesepian. Tapi saya memilih berada di jalan tengah seperti biasa. Berteman secukupnya dan seperlunya. Saya tahu mana yang tulus, mana yang palsu. Tapi saya bisa bertemu dengan dua-duanya (asal yang palsu tidak lebih dari beberapa jam dan lebih baik diam). Saya bisa beneran sayang sama teman-teman yang tulus. Tapi ingat, bahkan punya teman yang tulus tidak berarti dia punya pengaruh bagus untuk diri kita.
Teman yang tulus kadang punya masalah-masalah jiwa sendiri yang bisa menjadi racun buat kita. Kadang masalah otak juga, misalnya dengan bertanya "Lagi apa?" pada situasi atau gambar yang sangat deskriptif. Ketika mereka cerita iri pada seseorang yang memiliki banyak hal, kita yang tadinya merasa cukup pada kehidupan kita jadi berakting ikutan iri untuk sebahasa dengan mereka, sampai iri betulan. Ketika mereka cerita begitu banyak hal buruk, ingin bunuh diri, bertindak aneh-aneh, tetapi selalu punya alasan untuk tidak berubah ke arah lebih baik dan menolak segala solusi, percayalah kalau mereka hanya senang diperhatikan dan membuat kamu lelah. Ketika kamu punya masalah hidup lalu bercerita pada teman kamu, kamu merasa lega sedikit dan didengarkan, walaupun tidak mendapat solusi kamu tidak keberatan, sampai akhirnya kamu heran dengan teman kamu, yang nampaknya malah menikmati cerita-cerita sedih dari hidup kamu, dan terus meminta cerita lebih. Ketika untuk sesaat kamu merasa bahagia dan menunjukkannya dengan berbagai hal, teman kamu yang (mungkin tulus tapi) beracun tidak bisa membiarkannya dan mencoba merusaknya dengan berbagai sugesti dan pertanyaan yang lebih tepat ditujukan buat diri mereka sendiri.
Masih banyak contoh lain, tapi sejauh ini saya yakin kalian paham maksud saya. Kalau kalian pernah mengalami atau masih mengalaminya seperti saya, coba lawan mereka. Tunjukkan kalau kalian tidak semudah itu dipengaruhi kenegatifan. Selanjutnya, menjarak.
Jangan lupa sayang pada diri sendiri, supaya tidak butuh kasih sayang palsu dari orang lain yang mengaku teman tapi bisa saja menganggapmu sampah.
Jangan suka pura-pura, selalu ada orang yang bisa melihat dirimu sebenarnya seperti apa.
Kalau menemukan teman yang tulus dan baik, beruntunglah kamu, semoga itu benar!