Unhealthy
men yang saya maksud disini bukan laki-laki penyakitan atau yang buncit
kebanyakan makan. Unhealthy disini lebih merujuk pada dimensi mental dibanding
tataran fisikal.
Saat
membuat postingan ini, saya mengalami dan melihat banyak penindasan samar yang
bisa dilakukan pada perempuan; penindasan samar yang mudah dilakukan ini
khususnya pada media sosial. Kebanyakan dilakukan oleh laki-laki pengecut, yang
penis dan akalnya mungkin sama pendeknya.
Pasti
begini kronologinya.
Pertama,
tentunya si laki-laki tertarik pada si perempuan (sepertinya lebih secara
seksual dibandingkan intelektual karena agaknya kapasitas intelektual mereka
tidak mencukupi untuk mengimbangi kapasitas intelektual perempuan).
Kedua,
si laki-laki tidak punya keberanian bagai pejuang dan harga diri yang tinggi,
serta di lubuk hatinya sesungguhnya dia tahu betul bahwa dia akan ditolak
mentah-mentah oleh si perempuan karena dia sama sekali tidak pantas untuknya, namun
kepengecutannya dan kekerdilannya membuatnya mengelak dari hal tersebut, dia tidak
mau penolakannya diketahui secara nyata oleh orang-orang lain.
Maka,
para laki-laki pengecut dan kerdil mentalnya menyusup lewat media sosial.
Mengganggu bagaikan lalat. Mereka lebih buruk dibandingkan lalat. Bahkan lalat
pun bisa bersikap lebih baik, mereka menyingkir bila diusir.
Melalui
kotak masuk di berbagai media sosial, mereka merajalela dan mengganggu. Sekali,
direspon dengan sopan. Kedua kali, direspon dengan enggan. Ketiga kali, si
perempuan sudah merasa cukup terganggu untuk bisa mentolerirnya. Namun bagaimana caranya si perempuan menghindar
dari perhatian yang tidak diinginkan? Satu: mendiamkan, dua: mendiamkan:
tiga: mendiamkan, empat: kesal hingga menangis marah, lima: menyerang
untuk menyadarkan. Namun, lebih bodoh dari orang bodoh sekalipun, si laki-laki
tolol, bodoh dan mengerikan malah tetap saja mengganggu.
Ada
juga, yang menyusup di kotak masuk media sosial: para laki-laki yang hidup di
masa lalu. Mereka lupa bahwa dulu dan sekarang berbeda. Mereka membangun gubuk
reyot di masa lalu dan hidup disana. Kekinian tidak nampak di mata mereka. Mata
mereka ditempeli kotoran mata dari masa lalu. Agaknya obat tetes mata dari masa
kini tak mampu membersihkannya.
Maka,
jenis sama dari laki-laki pengecut dan kerdil ini memaksa dan tidak sadar
sedang memaksa. Mereka meneror dan tidak sadar sedang meneror. Mereka lupa
bahwa mereka tidak bisa selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Mereka lupa
bahwa mereka tidak boleh memaksakan keinginan begitu saja karena si perempuan sama
sekali tidak memiliki keinginan yang sama dengannya. Mereka lupa bahwa hal itu
tidak lain adalah paksaan dan penindasan. Mereka lupa bahwa dalam hubungan yang
baik, kedua pihak sama-sama senang, bukannya yang satu senang, dan yang satunya
menderita. Agaknya mereka kurang membaca buku untuk memperluas wawasan. Penis
dan wawasannya mungkin sama pendeknya.
Lagi,
bagaimana caranya si perempuan menghindar dari perhatian yang tidak diinginkan?
Keindahan selalu menarik dan selalu digunakan dan disalahgunakan. Lalu, haruskah
si perempuan menjelekkan, membodohkan, dan membuat dirinya menjadi tidak
menarik semata-mata agar tidak diganggu lagi? Haruskah si perempuan mengubah
orientasi seksualnya dan membombardirnya di media sosial semata-mata agar tidak
diganggu lagi?
Tidak
perlu, perempuan. Jalani hidupmu seperti biasanya. Lakukan apa yang kau
inginkan. Tetap pintar, tetap cantik, tetap sehat, tetap memukau. Jangan pedulikan
para pengganggu. Mereka tidak layak untuk dapat perhatianmu, secuilpun.