10 January 2014

Sedikit Tentang New Unconscious

Kira-kira sekitar tahun lalu di suatu pagi yang sibuk, saya bangun dari tidur yang hanya berdurasi tiga jam karena sampai rumah agak malam mengerjakan ini itu, lalu begadang baca ini itu dan tulis ini itu (saya sangat menikmati tidur, jadi tiga jam terasa sangat sedikit). Pagi itu saya mengendarai mobil ke kampus dengan mengantuk (saya tidak akan cerita tentang kecelakaan). Bensinnya tinggal sedikit jadi saya mampir ke SPBU terdekat. Saya minta isi bensin ke mas-mas petugas SPBU lalu duduk di mobil sambil membuka-buka dompet. Beberapa saat kemudian, mas-mas SPBU pergi entah kemana dan berganti jadi mbak-mbak dan bilang pada saya bahwa bensin sudah diisi dan dia bertanya pada saya apa saya sudah membayar? Saya langsung menjawab bahwa saya sudah membayar ke mas-mas tadi, dan saya juga menambahkan terima kasih. Lalu saya menyalakan mesin dan pergi. Di perjalanan, begitu bertemu lampu merah enam puluh detik, saya melirik tas dan kebingungan melihat dompet saya masih terbuka, ternyata uangnya pun utuh: saya tidak membayar bensin barusan. Seketika saya langsung mau balik lagi kesana saat itu juga, tapi karena pertimbangan telat dan ini itu, saya putuskan nanti saja pulangnya saya kesana untuk bayar (dan tenang, pulangnya saya langsung bayar kesana, dengan penjelasan apa adanya bahwa saya lupa belum bayar dan dihiasi tawa lega dari mas-mas dan mbak-mbak SPBU).

Itu contoh kejadian yang langsung terbayang saat saya baca bab awal dalam buku Subliminal yang ditulis Leonard Mlodinow (Mlodinow juga menulis The Grand Design bareng Stephen Hawking, kalau kalian sudah baca juga). Waktu di toko buku, saya menemukan dua versi dari buku ini, yang satu warna merah, terbitan Penguin, yang satunya warna hijau, terbitan Vintage. Isinya sama. Saya beli yang merah karena lebih ukurannya lebih ringkas dan lebih murah sedikit.
 

Mlodinow membahas tentang New Unconscious. Tentunya di awal-awal bertebaran nama Freud karena Freudlah orang rese nan berjasa yang mencetuskan konsep tentang Unconscious.

Mari singgung sedikit mengenai Freud dan Unconscious sebelum ke New Unconsciousnya Mlodinow. Freud melihat bahwa manusia terdiri dari jiwa dan tubuh (dualisme warisan Plato), tapi lebih dari itu, Freud juga memiliki gagasan bahwa jiwa sendiri terdiri dari beberapa bagian; id, ego, dan superego, dan masing-masingnya berkembang dalam tahap berbeda dalam kehidupan manusia. Secara singkat, id merupakan bagian impulsif yang dimiliki oleh manusia yang baru lahir (bayi) dimana semua kebutuhannya harus segera dipenuhi. Id menginginkan pemenuhan hasrat dan keinginan dengan segera, dan belum dipengaruhi oleh realitas dari dunia luar. Lalu, ego merupakan bagian dari id yang telah berkembang seiring dengan pengaruh dari dunia luar. Seperti id, ego memiliki banyak hasrat dan keinginan, namun karena sudah mendapat pengaruh dari dunia luar, ego memiliki pertimbangan dan strategi untuk mendapatkan pemenuhan hasrat dan keinginan (Freud mengibaratkan id sebagai kuda, sedangkan ego sebagai penunggangnya). Ego tidak memiliki konsep benar dan salah, bagi ego sesuatu itu baik atau buruk bergantung apabila sesuatu itu dapat memenuhi keinginan tanpa merugikan dirinya sendiri atau id. Sedangkan superego merupakan sesuatu di atas kuda dan penunggang kuda, yang memiliki nilai-nilai moral dari masyarakat yang didapatkan dari orangtua, sekolah, atau literatur yang seseorang baca. Superego mengandung conscience dan ideal self dan kedua hal tersebut dapat membuat seseorang berperilaku lebih teratur atau pantas, memperlakukan orang lain dengan lebih baik, atau merasa bersalah ketika melakukan hal-hal yang menyimpang.

Inti dari pemikiran Freud adalah manusia memulai hidupnya dengan pleasure principle, lalu seiring bertambah dewasa, manusia harus paham bahwa pleasure principle harus tunduk pada reality principle. Dalam proses tersebut, banyak sekali hasrat yang direpresi. Hasrat-hasrat tersebut masuk ke dalam Unconscious – Ketidaksadaran. Setiap manusia tentu memiliki tantangan dan rintangan tersendiri dalam perkembangan kejiwaan, ada yang kuat dan tidak kuat, mereka yang tidak kuat sering kita sebut sebagai orang sakit jiwa. Beberapa yang lain jauh lebih berbahaya dibanding yang terlihat sakit jiwa, mereka terlihat wajar dan normal seperti manusia lainnya, namun yang membedakannya adalah mereka begitu berbisa dan tidak bisa merasakan empati dan simpati, juga tidak bisa merasa bersalah apabila melakukan sesuatu yang salah, mereka bisa kita sebut sebagai psikopat.

Mlodinow berkata bahwa kelakuan manusia merupakan produk dari aliran persepsi, perasaan, dan pemikiran, baik pada kesadaran dan ketidaksadaran. Mungkin ini yang melatarbelakangi bahwa psikologi begitu menyukai aliran behaviourisme, karena kelakuan begitu compact: banyak muatan di dalamnya. Namun demikian, mengutip Bargh, manusia melakukan hal-hal untuk alasan yang tidak mereka ketahui. (Contoh sederhana: kadang kita merasa ingin untuk pergi ke suatu tempat, padahal biasanya kita tidak pergi kesana). Kita sebagai manusia sering kali mengira bahwa kita merupakan nahkoda dari jiwa kita sendiri, dan sangat mengerikan ketika kita merasa bahwa ternyata tidak demikian. Kadang-kadang kita mengalami apa yang disebut dengan psychosis – perasaan terpisah dari realitas dan berada di luar kendali.

Unconscious yang digagaskan oleh Freud, sering kali didefinisikan oleh para neuroscientist sebagai “hot and wet; it seethed with lust and anger, it was hallucinatory, primitive and irrational” sedangkan New Unconscious adalah yang “kinder and gentler than that and more reality bound”. Perbedaan lebih lanjut adalah, New Unconscious yang tidak dapat diakses tidak dianggap sebagai mekanisme perlawanan atau sesuatu yang tidak sehat, justru dianggap normal sebagai bagian dari proses evolusi (warisan Darwin). Disini, New Unconscious memiliki peran lebih penting untuk evolusi, tidak hanya melindungi kita dari hasrat-hasrat seksual atau kenangan-kenangan mengerikan dan menyakitkan, namun juga untuk survival sebagai sebuah spesies. Conscious berperan penting misalnya dalam mendesain mobil atau menguraikan hukum alam, namun untuk melindungi diri dari gigitan ular, kecelakaan mobil, dan orang-orang berbahaya, Mlodinow mengatakan bahwa kita harus berterima kasih pada Unconscious.

Pada prolog, diceritakan bahwa Peirce, (bukan Pevita, tapi filsuf Amerika, Charles Sanders Peirce)melakukan perjalanan dari Boston ke New York, dan dalam perjalanan itu, jam tangannya dicuri. Dia memutuskan untuk menebak pelakunya dan dia mencurigai salah satu orang dalam perjalanan tersebut. Meskipun orang itu mengelak (ya, pencuri mana ada yang mau mengaku? Dan ya, Peirce belum punya bukti) jadi setelah sampai, Peirce menyewa detektif dan intinya, ternyata identitas pencuri jam tangannya adalah orang yang memang dia tuduh dan curigai. Spekulasi dari cerita tersebut, para ilmuwan bisa mengatakan bahwa “Ya, itu kebetulan saja”. Lalu Peirce membuat eksperimen, dimana para subjek tes tersebut harus menebak benda mana yang lebih berat (padahal beda beratnya hanya sangat sedikit, berada dalam taraf deteksi minimum), namun dari eksperimen tersebut, sebesar 60 persen dari para subjek tes dapat menebak mana yang lebih berat dengan tepat. Itu eksperimen ilmiah pertama yang menyatakan bahwa: the unconscious mind possesses knowledge that escapes the conscious mind.

Dulu, pikiran manusia bagaikan kotak hitam yang tidak dapat diakses, namun kini, teknologi fMRI memungkinkan untuk memetakan aktivitas otak dengan mendeteksi aliran darah, dan dapat mengumpulkan data dari otak untuk merekonstruksi gambar dari apa yang seseorang lihat (dan dari rekonstruksi itu ternyata apa yang ada disana dan apa yang seseorang lihat bisa begitu berbeda). Ada pemahaman baru mengenai bagaimana cara otak bekerja, dan revolusi ini setidaknya disebut sebagai neuroscience. Dengan peralatan modern, kita dapat melihat struktur di otak yang menghasilkan perasaan dan emosi, bahkan kita dapat mengukur dan memetakan aktivitas saraf otak yang membentuk pikiran seseorang. Ilmuwan zaman sekarang dapat melakukan sesuatu yang melampaui berbicara pada pasiennya untuk menebak bagaimana pengalaman traumatisnya, dengan teknologi, ilmuwan zaman sekarang dapat langsung menunjuk perubahan otak yang merupakan hasil dari pengalaman traumatis dan memahami bagaimana pengalaman psikis traumatis dapat mengubah bagian otak secara fisik. Dalam mengobati pasiennya, Freud (dan para psikolog lain) tidak dilengkapi dengan peralatan untuk mengeksplorasi, dan dengan sederhana hanya berbicara pada pasiennya, mencoba menebak apa yang sedang berlangsung dalam pikiran mereka, mengobservasi dari sana, dan membuat kesimpulan apapun yang dianggap benar. Bagaimanapun, metode-metode demikian tak dapat diandalkan karena unconscious  tak akan pernah dapat diakses dan disingkap melalui refleksi dirinya sendiri melalui terapi macam itu, karena mereka berlangung di bagian di otak yang tak terbuka pada pikiran conscious.


Secara singkat, itulah yang membedakan New Unconscious dan Unconscious. Saya baru baca sedikit sih sebenarnya (dan mau melanjutkan). Selanjutnya silahkan membaca sendiri. Enjoy!