Hari ini saya mengajar piano
seperti biasa. Berangkat setelah bangun tidur siang. Saat menunggu murid, saya
ber whatsapp-an dengan pasangan saya. Saat menunggu juga, salah satu panca
indera saya yaitu telinga saya terasa sangat tidak nyaman, karena murid piano
dari ruang sebelah memainkan musik yang menurut saya buruk dan membuat saya
sakit kepala karena repetisi not-not yang kacau terus menerus. Mengingatkan
saya pada beberapa murid saya yang juga memiliki kondisi demikian dari minggu
ke minggu.
Murid-murid saya yang ‘bermasalah’ merupakan
murid pindahan dari guru tertentu yang metode belajarnya diakui cukup
berantakan dan fondasinya cukup buruk dalam belajar, meninggalkan beban pada
guru-guru yang diberi tanggung jawab untuk membenahi murid-murid tersebut (sukar
sekali membenahi sesuatu atau seseorang yang dibentuk dengan buruk).
Saya kesal karena seharusnya murid-murid
tersebut mempelajari apa yang seharusnya mereka pelajari dirumah dengan
sebaik-baiknya. Kalau tidak, seharusnya mereka tidak usah datang ke tempat les
dengan bawaan kosong. Waktu 45 menit yang seharusnya digunakan untuk memandu, mengkoreksi,
mempelajari sesuatu yang baru malah terbuang habis dengan jajaran not retak di
udara dari materi sebelumnya (kalau dalam kartun akan demikian gambarnya). Apa
masalah dari murid-murid ini? Kurangnya fondasi yang solid, kurangnya bakat, kurangnya
waktu, kurangnya motivasi, ketidakmampuan belajar, ketidakmauan belajar?
Kurangnya fondasi yang solid,
mungkin, ibarat manusia diajarkan abjad, mereka belum tau A-Z, setelah
diberitahu sejuta kali pun, sukar meresap ke otak. Kurangnya bakat, bukan
alasan yang pantas, karena toh sebenarnya bisa dipelajari. Kurangnya waktu,
tidak mungkin, mereka bukan orang sibuk yang harus kesana-kesini mengerjakan
ini-itu, saya tau betul waktu mereka yang banyak sekali luangnya, entah
dihabiskan dengan melakukan apa, kurangnya waktu berlatih baru tepat. Kurangnya
motivasi, sebanyak dan sebaik mungkin saya beri motivasi tetapi motivasi
terbaik tentu datang dari diri mereka sendiri. Ketidakmampuan belajar, atau
ketidakmauan belajar? Mampu belum tentu mau, mau belum tentu mampu. Dua hal ini
saling berbelit.
X mampu mengambil emas, tapi X
tidak mau karena menurutnya bunga lebih menarik.
Y mau mengambil emas, tapi Y tidak
mampu bergerak karena lumpuh.
Menurut saya, segala hal berangkat
dari kemauan. We can’t change anything if we can’t change our mind. kecuali
mereka dalam situasi lumpuh atau sudah mati, seharusnya ada kemauan untuk mampu
melakukan sesuatu. Semua anggota tubuh berfungsi dengan ‘normal’, sehat iya,
makan iya, istirahat iya, apa yang kurang?
Pendidikan seharusnya dapat
memanusiakan manusia. Ketika ada aliran pendidikan (liberal) yang mendehumanisasikan
manusia dan dikritik oleh aliran pendidikan kritis, dalam kehidupan keseharian saya, yang sering
saya temukan malah manusia-manusia yang mendapat akses pendidikan, tidak
didehumanisasikan oleh pendidikan tersebut, justru menurut saya, mereka yang
mendehumanisasikan diri mereka sendiri, mengalienasikan diri mereka dari
pendidikan. =_____= What a pity.