15 June 2012

Truth is not Found in a View



Jadi kamu mengalami kekeliruan persepsi dengan mereka ya.

Kamu kurang berkomunikasi dengan mereka sehingga menarik kesimpulan sendiri, sementara mereka ternyata tidak seperti yang kamu kira, tidak seperti yang saya kira, tidak seperti yang kita kira.

Saya teringat salah satu cerita waktu saya belajar filsafat timur, inti dari cerita tersebut adalah, truth is not found in a view.

Ada satu cerita dari India, mengenai gajah dan sejumlah orang yang berhadapan dengannya. Mereka tidak dapat melihat gajah tersebut. Mereka mendefinisikan gajah tersebut hanya dari perabaan saja.

Orang yang memegang tubuhnya mengira bahwa itu adalah tembok.

Orang yang memegang telinganya mengira bahwa itu adalah kipas.

Orang yang memegang gadingnya mengira bahwa itu adalah tombak.

Orang yang memegang belalainya bingung mengira bahwa itu adalah selang atau ular.

Orang yang memegang kakinya mengira bahwa itu adalah tiang.

Orang yang memegang ekornya mengira bahwa itu adalah tambang.

Setelah mereka dapat melihat gajah tersebut, perbedaan lenyap dari perkataan mereka. Semuanya benar, tetapi hanya sepotong-sepotong.

Bagaimana kita dapat menemukan kebenaran?

Beberapa aliran filsafat justru mengatakan kebenaran itu tidak ada.

Kalau begitu, setidaknya, bagaimana kita dapat mendekati kebenaran?

Mempelajari banyak informasi, melihat banyak, menjaga jarak, dan menyeluruh?

Jangan pernah menarik kesimpulan kalau masih ragu, kamu bukan Descartes.