“Hal yang membedakan manusia dari
makhluk lainnya adalah kesadarannya bahwa ia sedang menuju kematian. Kesadaran
dan rasa takutnya ini memaksanya menyadari realitas kehidupannya dan
individualitasnya, sehingga memaksanya melakukan sesuatu sebelum waktunya
habis”, siapa nih filsuf yang mematenkan pikiran ini? Chat me yaaa... (ala-ala
OL shop)
Kapan sih kalian (yang mampir
membaca tulisan saya) sadar bahwa kalian akan mati? Setiap sedang makan kue
ulang tahun?
Kalau saya, pertama sadar hal itu saat umur 4 tahun.
Waktu itu ada telepon yang mengabarkan bahwa paman saya meninggal. Kami langsung pergi ke rumah nenek. Paman saya yang masih remaja itu
meninggal karena kecelakaan. Nenek saya berkata bahwa otaknya terburai di
jalanan dan beliau sebagai ibunya yang tabah membereskan sisa-sisanya di
jalanan itu. Langsung saya yang masih anak kecil itu sadar bahwa kehidupan itu
rapuh. Sadar bahwa ada yang namanya kematian.
Masih shock oleh kejadian tersebut,
beberapa waktu kemudian, menyusul kejadian ganjil. Saat saya bermain dengan
anak kucing, tiba-tiba entah darimana muncul kucing garong yang langsung
menggigit leher si anak kucing teman saya itu, kucing garong berlari sambil
membawa si anak kucing dimulutnya, saya spontan mengejarnya sambil
teriak-teriak galak, sampailah saya di kolong jembatan komplek, di kerimbunan
pohon bambu, suasana ganjil membuat saya diam, kucing garong menatap mata saya,
saya menatap kucing garong dan anak kucing yang kebingungan tergeletak di
tanah. Dengan cepat, si kucing garong mengeluarkan cakarnya dan menggorok leher
si anak kucing itu. Dengan cepat si kucing garong lari, menghilang entah
kemana. Dengan shock dan bingung, saya menatap si anak kucing teman saya. Darah
merembes membasahi bulu putihnya. Tubuhnya kejang-kejang sebelum akhirnya
terdiam. Dengan panik dan menangis cengeng saya lari kerumah.
Beberapa waktu berikutnya setiap
mau tidur saya yang masih TK itu cemas, besok masih bangun atau nggak,
cemas-cemas-cemas-sampai akhirnya, yah, whateverlah, dan bisa tidur dengan
pulas.
Kecemasan dan ketakutan pada
kematian itu yang menurut saya membuat agama-agama itu tumbuh, dari zaman orang
yang masih makan sekedar untuk survival, (daging panggang ditusuk ranting)
sampai yang mulai makan dengan estetis (daging panggang dengan bumbu dan hiasan
cantik), dan makan dengan etis (daging panggang boleh dimakankah?). Agama
tumbuh dengan suburnya karena manusia sadar dengan kematian, dan tidak tahu
kemana perginya mereka setelah kematian. Kekaburan-kekaburan yang membutuhkan
kejelasan, sehingga muncul konsep surga dan neraka. Konsep afterlife. Konsep
sosok penyelamat. Di setiap daerah di dunia, selalu ada beragam agama yang
menawarkan hal-hal tersebut. Kenapa manusia butuh surga dan neraka? Karena
mungkin bagi beberapa orang dunia justru merupakan neraka yang membakar mereka
hidup-hidup, sehingga mereka menginginkan balasan surga yang terindah, karena
mungkin bagi beberapa orang, kelakuan orang-orang kepada mereka sungguh buruk
dan membuat muak sehingga ingin melempar mereka ke neraka dan ingin melihat
mereka terbakar di dalamnya, karena mungkin bagi beberapa orang, hidup di dunia
berpuluh tahun itu tidak cukup, mereka begitu serakah ingin hidup selamanya. Di
surga tentunya.
Kemana kita pergi setelah kematian?
Kita bisa berkontemplasi, tapi tidak tahu dengan pasti.
Selagi masih hidup, hiduplah dengan
sehidup-hidupnya, seberguna-gunanya, sebaik-baiknya, sebahagia-bahagianya. Well, sementara itu dulu deh ya, nanti saya tambah lagi kalau sempat.