Sudah beredar di Gramedia. Buku
piano untuk pembaca awam.
Siapapun yang mengenal saya pasti tau betul isi buku
tersebut tidak benar-benar saya banget. Judul annoying itu loh. (Judul
dari pihak sana yang sepertinya hobi nonton silat). Lalu kata pengantar. (Saya
tidak menulis kata pengantar). Lalu di isinya memang ada beberapa yang
dihilangkan, dan ada beberapa yang ditambahkan. Ironisnya, di
daftar pustaka, sumber-sumber yang tidak dibutuhkan karena dibabnya telah
dihilangkan pihak sana, malah tetap ditulis, selain itu juga terdapat banyak
sumber-sumber sama yang ditulis dengan ganda yang menandakan ketidaktelitian:
bukan saya banget (sok). Terlebih, di akhir buku malah dicantumkan aplikasi
handphone yang ada pianonya. (Saya bakal nyinyir: WTH??!! Mau main piano ya
main piano, main handphone ya handphone!) Tapi ya sudahlah, incorrigibility seperti itu adalah salah
satu faktisitas manusia. Bagaimanapun, saya telah memperoleh pelajaran dari
pengalaman ini (Lockean banget).
Kalo dipikir-pikir lagi, hidup saya
memang gak jauh-jauh dari buku. Dari TK saya sudah suka baca buku, kalau
buku-buku dongeng, komik, dan cerita anak-anak sudah habis saya baca dan belum
dibelikan yang baru, saya mengais buku di rak ibu saya (yang tidak jelas)
terdiri dari resep masakan, diet, majalah cosmopolitan, dan novel Sidney
Sheldon (bacaan yang gawat untuk anak TK).
Sekarang, disebelah kanan tempat
tidur saya adalah rak buku yang isinya meluap. Disebelah kiri tempat tidur saya
adalah tembok yang dipasangi papan rak buku (lukisan-lukisan saya yang konyol digusur
demi buku-buku, kadang kepikiran juga gimana kalo saya mati konyol saat tidur
gara-gara ketimpa rak buku sendiri, lukisan-lukisan yang digusur pasti
ngetawain saya). Diingat-ingat, pekerjaan pertama saya adalah di umur 15 tahun,
menjadi first reader di penerbit buku
GagasMedia. Saya merupakan anggota paling muda, seorang anak SMP tengil berkacamata
dengan rambut dikeriting dan dicat merah yang ikutan rapat seminggu sekali
dengan first reader lain yang
merupakan anak-anak kuliahan dan juga pihak penerbit yang memberi rentetan buku
yang masuk. Tiap minggunya saya harus membaca, mengevaluasi dan menilai 7 buku
untuk membantu penerbit menilai kelayakan buku yang mau dilemparkan ke pasar,
dan membantu mengurangi kecintaan saya pada buku (kadang ketemu buku memuakkan).
Selama kuliah ini, pekerjaan saya selain ngajar les piano, usher yang senyam-senyum, duta pariwisata yang juga senyam-senyum,
ya tentu jadi pembaca buku, entah buku filsafat, buku musik, maupun novel
(walaupun sudah agak bete membaca dan sudah enggan memproklamirkan hobi
membaca).
Selanjutnya; novel! Didalamnya akan
ada darah, air mata, dan keringat (dan mungkin cairan tubuh lainnya). Tapi...
Skripsi dulu!