3 March 2013

Cinta?

Cinta. Sebagian diri saya mengernyit ketika mengetik kata tersebut. Sebagian lainnya tidak tahu persis mau berekspresi bagaimana.

Tidak ada yang pernah tahu persis apa definisi dan deskripsi cinta. Setidaknya yang sudah-sudah secara subjektif telah mencoba menjelaskannya, dengan karakter mereka masing-masing. Saya sendiri sepertinya belum sanggup menjelaskan cinta. Mengapa cinta bisa muncul? Mengapa bisa jatuh cinta pada orang tertentu? Saya masih tidak mengerti. Sepertinya perasaan tersebut muncul begitu saja tanpa peringatan efek samping. “Jangan jatuh cinta. Jangan jatuh cinta padanya,” kata suara kecil itu, padahal sudah terlanjur terjatuh, lalu berlagak seperti tidak terjadi apa-apa padahal mondar-mandir didalam lubang. Tiba-tiba saja sudah terseret arus kekacauan samudra perasaan, sebelum akhirnya sadar bahwa sudah terseret, dan menemukan sulitnya berenang melawan arus tersebut (Saya bahkan tidak bisa berenang).

Cinta itu sederhana, tapi manusia kesulitan dengan kesederhanaan itu. Cinta tidak bisa dipaksakan. Cinta tidak bisa ditukar dengan apapun. Biarpun si pengemis cinta segigih budak, memberi ratusan pesan perhatian perhari, ribuan lusin mawar atau uang semilyar, kalau yang dicintai tidak mencintai balik, ya sudah, itulah yang harus diterima. Saya tidak percaya ada kausalitas dalam cinta. Seorang polisi bisa saja jatuh cinta pada seorang penjahat, seorang yang masih muda bisa saja jatuh cinta pada seorang yang umurnya sudah kelipatan dua darinya, atau seorang yang dikelilingi makhluk-makhluk rupawan tiba-tiba jatuh cinta pada seorang yang biasa saja, dan seterusnya. (Hal ini bisa ditelusuri secara psikologis terhadap kecenderungan-kecenderungan tertentu, tapi ya namanya juga cinta)

Cinta=misteri.

Tapi sepertinya saya tahu beberapa gejalanya (mirip seperti penyakit) yang terdiri dari rangkaian serangan panik, gugup, jantung berdebar-debar, telapak tangan basah, tiba-tiba senang, tiba-tiba kesal, susah tidur, susah makan, dan sebagainya.

Kalau cinta itu mirip penyakit, adakah obatnya? Bisakah cinta menular?

Mungkin nanti dimasa depan akan ada ilmuwan yang menciptakan pengobatan penghilang rasa cinta, untuk menghilangkan cinta yang mengganggu  atau menyiksa. Terkadang memang lebih nyaman untuk tidak merasakan apa-apa selain kehampaan.

Mungkin nantinya dialog di ruang praktek dokter akan berurutan seperti ini dari satu ruang ke ruang di sebelahnya:
Dokter: Anda sudah mengidap tumor selama 3 bulan. *lalu menulis resep obat*
Pasien: *shock, beberapa minggu kemudian mati karena shock*
Dokter: Anda sudah mengidap cinta selama 3 bulan. *lalu menulis resep obat*
Pasien: *shock, beberapa minggu kemudian mati karena shock*
Dokter: Ini bukan tumor, hanya benjolan gigitan serangga.
Pasien: Oh. *lega*
Dokter: Ini bukan cinta, hanya nafsu saja.
Pasien: Oh. *lega*

Beberapa cinta, bagaikan penyakit akut, bisa terus ada selama bertahun-tahun. Menempel lekat, entah di hati, di jari, di otak, atau di jiwa, dibawa sampai mati. Beberapa cinta, bagaikan parfum yang disemprotkan, menguap setelah lama terpapar. Menanti semprotan parfum-parfum lainnya.