Benar-benar manis rasanya ketika
orang melupakan eksistensi kita sampai mereka memerlukan sesuatu dari kita.
Manis seperti saccharine.
Hai. Kemana saja anda beberapa
minggu ini? Ada tapi tidak ada. Pedulikah anda pada kondisi saya? Tahukah anda
apa saja yang saya lalui? Tahukah anda masalah-masalah saya? Pedulikah anda pada
keinginan dan harapan saya yang sebenarnya anda ketahui? Tahukah anda saya
peduli pada anda dan ingin anda peduli juga pada saya? Oh, tidak apa-apa, saya
tahu anda sibuk dan sangat egois. Sementara saya kelihatannya tidak sibuk dan
sangat altruis? Toh saya bisa memenuhi kebutuhan saya sendiri dari bensin
sampai makanan. Begitu kan yang anda pikir? Toh saya juga dengan senang hati
direpotkan mengantar ini itu yang anda perlukan kalau anda meminta. Sementara kalau
kita bertemu pun saya hanya berkesempatan bicara sedikit mengenai keinginan saya
yang diacuhkan dengan masa bodoh sementara anda lebih tertarik menceritakan kesenangan
hari-hari anda serta orang-orang yang anda temui, makanan yang anda makan, dan
sebagainya. Sementara anda tidak akan mau tahu bahwa dua hari terakhir sarapan
saya adalah obat maag, makan siang dan malam saya berkisar dari cornflakes dan
mie instan. Hari-hari saya dipenuhi tugas dan kerjaan ini dan itu. Jadi kenapa anda ingin dan merasa perlu memajang saya di depan
teman-teman anda? Seakan anda bangga pada saya dan peduli sekali pada saya? Seakan
kalau saya terlihat manis, berpakaian rapi, dan berdiri tegak itu karena anda? Lalu
kita bisa tersenyum di depan mereka? Lalu mereka bermanis-manis memuji kita? Lalu
saya bisa pulang dengan gundah seperti biasa?
Mood saya sedang buruk sampai tidak
bisa merekayasa diri sebagai sekedar pajangan. Jadi maaf saya tidak bisa
kesana. Selamat makan siang, Ma.