15 November 2013

Some Fill With Each Good Rain

There are different wells within your heart.
Some fill with each good rain,
Others are far too deep for that.

In one well
You have just a few precious cups of water,

That “love” is literally something of yourself,
It can grow as slow as diamond
If it is lost

Your love
Should never be offered to the mouth of a stranger

Only to someone
Who has the valor and daring
To cut pieces of their soul off with a knife

Then weave them into a blanket
To protect you.

There are different wells within us.
Some fill with each good rain,

Others are far, far too deep
For that.



The Gift, p. 76

26 July 2013

Ancient Aliens

Kemarin banget, saya nonton Ancient Aliens lagi, setelah absen beberapa lama karena skripsi (yayaya, di mana-mana selalu harus ada sesuatu atau seseorang yang perlu disalahkan).

Episode kemarin seru banget menurut saya. Entah memang saya yang suka sama hal-hal semacam ini, udah lama gak nonton, atau apa, ya pokoknya menarik lah buat saya.


Episode kemarin berfokus pada Erich von Däniken yang membuat beberapa buku kontroversial yaitu Chariots Of The Gods?, Gods From Outer Space, History Is Wrong, dsb. Bagaimana gak kontroversial? Mengenai von Däniken, baik kaum ilmuwan maupun agamawan memiliki kesamaan pandangan: bahwa von Däniken ngaco abis. Oleh para ilmuwan, karya-karyanya diklasifikasikan sebagai pseudoscience, pseudohistory, pseudoarchaeology. Oleh para agamawan, karya-karyanya diklasifikasikan sebagai produk murtad.

Kenapa?

Mungkin karena baik ilmuwan maupun agamawan memiliki kotaknya masing-masing, dan von Däniken jelas tidak muat di sana.
Mungkin karena baik ilmuwan maupun agamawan lupa dan tidak sadar bahwa von Däniken adalah orang yang hobi bertanya saja (kabarnya isi dalam bukunya adalah ribuan pertanyaan, sayangnya rentetan tanda tanya besar tersebut luput dari kebanyakan mata para pembacanya). HOW? WHAT? WHAT IF?

Meskipun pendekatannya berbeda, baik ilmuwan maupun agamawan setuju bahwa manusia adalah makhluk terbaik; ilmuwan akan menunjukkan tahapan evolusi hingga akhirnya ada yang namanya Homo sapiens, agamawan akan menunjukkan ayat-ayat penciptaan hingga ada yang namanya manusia.

Bagaimanapun itu, Homo sapiens, manusia, sudah ada sejak kira-kira 250.000 tahun lalu, berkeliaran di bumi, beranak pinak, namun baru 50.000 tahun belakangan tiba-tiba ada lompatan besar pada Homo sapiens/manusia ini. Dari manusia pemakan pisang, manusia gua, manusia pindah-pindah, menjadi manusia yang mengetahui tentang astronomi, matematika, seni, dsb. Ada lompatan besar dari yang tidak beradab, jadi memiliki peradaban. Bagaimana itu bisa terjadi? Siapa yang mengajarkan peradaban? Kenapa sangat tiba-tiba sekali hingga menjadi quantum leap?

Ilmuwan mungkin akan menjawab: evolusi. Tapi ya kenapa bisa ada quantum leap begini? Agamawan mungkin akan menjawab: Tuhan.

Pada dasarnya, von Däniken berupaya mencari jawaban tersebut dengan berpartisipasi dalam penelusuran arkeologis dan historis. Dia mencari bukti-bukti masa lalu, untuk mendukung kecurigaan dan hipotesa-hipotesanya. Keanehan dan keganjilan artefak dari masa lalu menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, baik oleh dirinya maupun oleh para pembacanya.

Piramida di Mesir merupakan bangunan besar yang aneh, untuk ukuran zaman tersebut bangunan tersebut hampir mustahil untuk dibangun, meskipun kita mengetahui bahwa yang membangunnya adalah budak-budak di Mesir, namun kita tidak mengetahui siapa yang menyuruh mereka untuk membangun piramida-piramida tersebut. Bahkan sebuah rumah kecil pun punya pemilik, namun piramida hanya bangunan anonim. Stonehenge di Inggris lebih aneh lagi, bangunan yang tidak jelas untuk apa, siapa yang membangunnya, bagaimana cara orang kuno membawa batu-batu sebesar itu, menyusun dan menumpuknya. Lalu, kenapa juga ada kemiripan bentuk piramida, dengan berbagai kuil suku Maya dan Inca (kalau dilihat pada konteks zaman sekarang, bangunan-bangunan tersebut agak menyerupai roket)? Kenapa kisah-kisah kunonya juga memiliki kemiripan?

von Däniken juga menemukan artefak-artefak yang aneh bila dipikirkan lebih lanjut. Misalnya tutup peti mati raja Maya Pakal yang berbentuk aneh (aneh khususnya untuk zaman kuno tersebut, karena raja ini terlihat seperti dalam posisi berkendara, mengendarai suatu kendaraan yang sepertinya menghadap ke atas, dengan tangan dan kaki seperti sedang mengontrol suatu alat).



Lalu misalnya artefak-artefak yang mirip piring terbang dan astronot ini. Apa mungkin orang-orang kuno pernah melihat piring terbang di angkasa, dan melihat astronot juga?





Saya sempat tersasar ke situs yang membahas karya seni yang aneh, silahkan kalau mau ikut tersasar; http://lithiumdreamer.tripod.com/ufoart.html 

Pertanyaan lanjutan adalah, bagaimana jika Jesus, atau Tuhan-Tuhan dan Dewa-Dewa lain adalah alien? 

Pada hampir setiap teks kuno, selalu disebutkan mengenai campur tangan Tuhan atau para Dewa yang berasal dari langit. Mereka melakukan perjalanan dari langit ke bumi dengan kendaraan tertentu (orang kuno menyebutnya sebagai kereta, ular, naga api, dan sebagainya; orang zaman sekarang mungkin menyebutnya sebagai roket, pesawat atau piring terbang). Pola umum pada hampir setiap agama, teks kuno, peradaban kuno adalah: Tuhan atau para Dewa ini, datang dari langit ke bumi pada masyarakat tertentu, lalu menyebarkan gagasan dan mengajarkan beragam ilmu pengetahuan untuk masyarakat yang perlu bantuan kehidupan. Setelah selesai menunaikan tugas untuk mendidik masyarakat tersebut agar beradab, membuat fondasi peradaban, Tuhan atau para Dewa ini kemudian kembali lagi ke langit, dan berjanji bahwa suatu saat nanti akan kembali lagi ke bumi. Terdengar familiar kan? Carilah di setiap teks kuno, ceritanya selalu mirip.


Berdasarkan hipotesa tersebut, Tuhan atau para Dewa mungkin adalah alien yang berkunjung ke bumi, risikonya adalah ajakan untuk ribut dari para ilmuwan maupun agamawan; yang satu meributkan alien, yang satu meributkan Tuhan atau para Dewa, kemungkinan kekeliruan agama mereka karena mungkin kita hanya dikunjungi oleh alien.

Belum selesai dengan kebingungan tersebut, isu per-alien-an ini berkembang lagi; penculikan manusia oleh alien, alien pernah bersetubuh dengan manusia. 
Alien laki-laki melihat bahwa manusia perempuan sangatlah menarik (kejutan?), lalu mencoba berketurunan dengannya, dsb. Terdapat beberapa temuan tengkorak yang menunjukkan bentuk kepala besar yang aneh yang dapat mendukung isu-isu aneh tersebut. 


Pernah penasaran kenapa patung-patung Mesir kuno kepalanya lonjong ke belakang? Nefertiti dan Akhenaten misalnya.



Berdasarkan hipotesa per-alien-an, mungkin mereka adalah produk hybrid, persilangan antara manusia dengan alien. Tengkorak aneh yang ditemukan di Mesir dan Peru juga sepertinya menyokong hal ini.

Kembali ke lompatan besar dari yang tadinya tidak beradab menjadi beradab, bagaimana jika sejarah tidaklah sesederhana itu? Bagaimana jika sejarah tidak bersifat linear? Bagaimana jika waktu tidak bersifat linear? Bagaimana jika memang ada alien dari kehidupan planet lain? Bagaimana jika alien-alien kuno adalah manusia di masa depan yang sudah memiliki teknologi mesin waktu sehingga dapat kembali ke masa lalu untuk membantu, mendidik manusia kuno, dan mengatur sejarah peradaban?

Kadang, mungkin kita harus berada di antara yang masuk akal dan tidak masuk akal. Bagaimanapun juga, kita, manusia yang katanya merupakan makhkluk terbaik, hanyalah setitik partikel kecil di alam semesta yang begitu luas.



22 July 2013

Can't Blame The Time

Hari ini berjumpa lagi dengan kv 333, kv 332, dan k 309.
Terakhir berjumpa sebelumnya adalah bulan Januari tahun ini.
Sekarang, bulan Juli.

Jadi beginilah rasanya bila sekian lama baru berkesempatan berjumpa lagi dengan sesuatu atau seseorang yang pernah sangat akrab dengan kita.

Enam bulan lalu mungkin saya sangat ingin memahaminya, begitu tertarik, tergila-gila hingga berjam-jam dapat duduk dengannya, berhari-hari, hanya untuk melihat pola, dan mendengar teksturnya. Mengulangi berkali-kali. Membuat jari saya senang hingga lelah karena menari dengannya. Setelah merasa akrab dengannya, memahaminya, saya tertarik dengan karya lain, meninggalkannya demi hal-hal lain, atau kesibukan lain.

Kini, bertemu dengannya terasa canggung.
Jari menari dengan konyol.
Seperti mulai lagi dari awal, kali ini untuk mengenal kembali.
Saya hanya bisa mengenang, terheran-heran.
Sang abstrak partikular tidak pernah berubah.
Saya yang terus berubah.

Padahal saya merasa bahwa saya telah menyimpannya baik-baik.
Tetap saja, pencuri menyusup.
Waktu bisa mencuri memori.
Atau, mungkin saya yang tidak cukup sayang untuk dapat melindungi memorinya.
Membiarkannya dicuri.

You Were Brave In That Holy War

You have done well
In the contest of madness.

You were brave in that holy war.

You have all the honorable wounds
Of one who has tried to find love

Where the Beautiful Bird
Does not drink.

May I speak to you
Like we are close
And locked away together?

Once I found a stray kitten
And I used to soak my fingers
In warm milk;

It came to think I was five mothers
On one hand.

Wayfarer,
Why not rest your tired body?
Lean back and close your eyes.

Come morning
I will kneel by your side and feed you.
I will so gently
Spread open your mouth
And let you taste something of my
Sacred mind and life.

Surely
There is something wrong
With your ideas of
God.

O, surely there is something wrong
With your ideas of
God

If you think
Our Beloved would not be so
Tender.



The Gift, Poems by Hafiz, p. 271

7 June 2013

Benang Kusut

Kemarin ada temen perempuan saya yang cerita kalo dia baru dilecehkan. Dia lagi jalan pulang di daerah rumahnnya lalu ada pengendara motor sialan yang berboncengan lewat disebelahnya yang tiba-tiba meremas dadanya lalu ngeloyor pergi. Temen saya langsung shock sampai nangis dan kesel setengah mati lah. What the fug.

Cerita itu membuat saya ingat kalo saya juga beberapa kali mengalami pelecehan-pelecehan di tempat dan transportasi umum. Dulu waktu lagi jalan pulang, di depan mesjid, saya juga pernah mengalami hal serupa. Ada laki-laki sialan lewat sebelah saya yang tiba-tiba mencengkram dada saya, laki-laki itu ngeloyor pergi dan saya baru sadar setelah jalan beberapa langkah. Saya gak tau harus teriak atau apa, kayaknya gak ada yang peduli juga sama saya karena semua orang terlihat sibuk dengan langkahnya masing-masing. Jadi waktu itu saya cuma bingung dan menjerit dalam hati.

Itu di jalanan, di angkutan umum saya pernah mengalami hal mengerikan juga, pernah ada bapak-bapak sialan yang duduk depan saya yang tiba-tiba membuka celananya dan mengeluarkan anggota tubuhnya yang sialan (yang kalo saya inget rasanya pengen saya gunting sampai putus), saya langsung pindah duduk ke dekat ibu-ibu yang juga keliatan panik, kemudian saya langsung turun dari angkutan umum itu walaupun tempat tujuan saya masih agak jauh. Juga, pernah saat turun dari angkutan umum, ada mas-mas sialan yang tiba-tiba meremas selangkangan saya (tapi tangannya meremas softex karena saya sedang menstruasi, mam-pus).

Sekedar info: pada semua kejadian, saya gak mengenakan rok mini.

Herannya, kalo saya cerita ke orang, reaksi dari mereka mengesankan kalo yang salah itu saya: mereka bilang ‘Lu sih, jadi orang kecakepan...’ Astaga penting gak sih ngomong begitu? Mendingan diem aja. Ini yang bikin saya males cerita ke orang karena reaksinya bikin tambah naik darah.

Kekacauan cara berpikir ini merajalela dimana-mana sampai saya mengira kekacauan ini diturunkan langsung dari dunia idea ke kepala-kepala kopong, atau ditularkan lewat berbagai bakteri di tempat umum.

Pernah saat saya naik kereta yang penuh, (waktu itu belum ada gerbong khusus perempuan) saya berdiri ngantuk sambil mendekap tas, saat sadar bahwa ada mas-mas sialan yang grasak-grusuk macem ulet bulu didekat saya, saya pun langsung panik dan membentak ‘HEH!’. Anehnya, saat ada bapak-bapak yang ngeh pada keanehan situasi tersebut dan buka mulut, si bapak-bapak malah ngomong ke saya ‘Mbak, mbak pindah aja mbak’, padahal saya kira saat dia buka mulut dia akan ngomong ‘Woy mas sialan! Lo ga boleh gitu kali mas! Terjun lo dari kereta!’. Hello?! Jadi dari omongan dia ‘Mbak, mbak pindah aja mbak’, itu mengesankan bahwa yang salah itu saya, perempuan yang padahal cuma berdiri aja dengan ngantuk, sementara mas-mas sialan yang grasak grusuk macem ulet bulu seakan innocent kayak bayi baru lahir.

Saat para feminis udah mengeluarkan teori dan statement canggih, dari yang awalnya ngomongin pentingnya pendidikan (perempuan juga harus dapet pendidikan, gak cuma dandan, nangkring di dapur dan kasur aja), lalu kebebasan hak (untuk memilih ini itu, gak hanya eksis diranah domestik tapi juga publik), kebebasan tubuh (dari seksualitas sampai reproduksi), kebebasan menjadi perempuan yang cantik untuk dirinya sekaligus pintar, pokoknya dari yang pertamanya memperjuangkan equality, sampai akhirnya lama-lama berubah pandangan bahwa perempuan dan laki-laki jelas-jelas beda, gak equal, namun harus tetap masing-masingnya dihargai, nyatanya di beberapa negara termasuk negara cecayangan kita endonesah kebanyakan masyarakatnya masih bermental abad pertengahan yang bebel namun sotoy (yang membuat saya tergoda untuk melobotomi mereka, ya gapapa dong, kan biar cocok sama yang bermental abad pertengahan?).

Ibarat benang yang kusut, jarum yang dipatahkan.
Situ yang terus salah, sini yang terus disalahkan.

Mereka yang pake logika phallus harus dilempar buku logikanya pak Hayon. Berkali-kali. Ya, kali aja dibaca.


18 May 2013

Finally (chessy)


D: Na, tadi yang bales bbm lo bukan gue tapi pacar gue.
K: Oh, pantesan.. Tapi udh dijawabin kok (walaupun garing dan oh ternyata yang bales bukan lo)
(inilah salah satu problem kalo sahabat-sahabat lo berjenis kelamin laki-laki yang sok intelek dan introvert, susah berkomunikasi lewat media beginian misalnya, apalagi lewat media sosial)
K: Lucu banget sih **** bales bbm gue gitu, asik ya dicemburuin.
D: Hehe, lo kaya ga tau aja.
K: Iya tau lah, gue seneng deh liat kalian gitu.
D: Hehe, lo juga dong cepet punya pacar.
K: Hm nanti deh, belum ada yang bisa kayaknya, gue kan makin selektif.
D: Lo kemana aja sih? Makin gak jelas?
K: Gak jelas?
D: Iya kesana kemari menuhin waktu lo. Bukannya ngenalin diri lo malah makin jauh.
K: Hehe, iya ini gue baru pulang nonton dari ******* ****.
D: Somay, gak ngajak-ngajak.
K: Ngajak begimana, digetok kepala gue nanti. Ya mungkin karena gue terlalu kenal diri gue jadi malah pengen melarikan diri.
D: Hahaha, bisa-bisa. Tapi capek Na, lari-lari. Gue sindrom mau lulus nih, rasanya pengen kuliah kaya dulu lagi, ngumpul-ngumpul, masih bisa mesem-mesem.
K:Iya sih ya jadi kangen kuliah lagi, liat lo galau, lo kan hobi galau kaya si ***.
D: Liat lo yang depresi hidupnya.
K: Kampret. (tumben ngomong ga macem kuliah)
D: Untung ada gue yang galau jadi teralihkan.
K: Iya, untung ada lo yah. (jadi gue bisa liat galau lo sebagai hiburan)
D: Iya makasih lo sama gue.
K: Eh sekarang lo masih kerja di ********?
D: Udah lama enggak, semenjak karir gue merangkak naik.
K: Wuidih. Ciye researcher.
D: Haha, lagian lo kemana aja? Tapi gue pengen kerja diluar kaya ********* atau ****, gak berkembang gue gitu-gitu aja kalo di ******** terus.
K: Gue mah kuliah-ngajar.
D: Hahaha.
K: Dipikir-pikir gue gak seseneng anak-anak deh di kampus mulu main-main gitu, gue pulang kuliah mesti ngelesin anak orang.
D: Ya itu menurut lo aja, anak-anak juga ngiri sama lo, bisa ngajar, bisa main piano, ya kaya gitu deh.
K: Nyokap gue juga nyaranin gw apply ke ********** sama *****.
D: Iya coba aja nanti kita bisa kerja bareng deh, haha. Trus bacot mulu kerjanya. Kalo ada apa-apa tau jeleknya.
K: Kebayang. Trus ntar marahan lagi gak jelas (berbulan-bulan)
D: Hahaha. Lo sih.
K: Hahaha. Namanya juga anak labil. Eh ya masa kata temen gue si ***** deketin maba lewat path, gatel abis.
D: Buset deh tu *****, kelakuannya kaya bocah, kasian pacarnya padahal cantik dan baik.
K: Yah, ntar kalo kehilangan juga ntar nyesel nangis darah.
D:Dasar *****, lo jangan punya pacar kaya gitu ya, harus sayang sama lo juga Na, kalo ga gue sedih.
K: Oiyalah, kalo gue punya pacar begitu sih udah gue bor otaknya, buang ke laut.
D: Haha. Tetep ye. Udah berdoa aja, semoga jodohnya dateng, walau dalam mimpi.
K: Eh nyebelin. Maunya beneran.

This conversation made me realize that although I probably got the substitute, I miss my two annoying-pedantic-introvert buddies since it's been a long time since we saw each other.

8 April 2013

The Dobler Dahmer Theory


Kalo denger quote “THERE IS A FINE LINE BETWEEN GENIUS AND INSANITY”, saya kepikiran van Gogh, Beethoven, dan Nietzsche.

Kalo denger quote “THERE IS A FINE LINE BETWEEN LOVE AND INSANITY”, saya kepikiran salah satu episode dari How I Met Your Mother dimana Ted Mosby menjelaskan the Dobler Dahmer theory. Satu episode yang menarik dan iya banget.

Problem dalam episode tersebut adalah Jeanette yang melakukan berbagai cara demi bertemu Ted. Bahkan Jeanette udah stalking Ted lebih dari setahun sejak Ted muncul dimajalah Times. Jeanette membuat kebakaran dikampus, menarik alarm kebakaran, memiliki buku yang sama dengan Ted yang dibeli dengan jarak sekian menit ditoko buku yang sama, naik kereta yang sama, dsb, dsb. Waktu Ted akhirnya tahu dan menanyakan soal ini, Jeanette selalu bilang, “I just could’t stand the idea of not meeting you” dengan memelas.

“Couldn’t stand the idea of not meeting me”, kata Ted membela Jeanette dihadapan Lily dan Marshall yang ngeri pada Jeanette yang menurut mereka stalker gila.

Teorinya begini: If you make a grand gesture, like holding a boombox over your head, and it’s well received, you’re Lloyd Dobler (John Cusack the actor) from Say Anything. If the object of your affection isn’t swooning, well, you come off like a serial killer Dahmer (Jeffrey Dahmer the serial killer). Sorry about that.

Saya pernah ngeri dan ngilu karena temen saya tetiba nuntut saya untuk kasih kesempatan supaya saya bisa suka sama dia. Saya pernah histeris di parkiran gedung 9 karena ternyata temen saya ngebuntutin saya karena katanya mau ngomongin sesuatu (setelah sebelumnya memberikan sekotak coklat). Dulu waktu masih sekolah, saya pernah gak mau dateng buat ujian sekolah karena ternyata sebangku selama lima hari dengan kakak kelas saya yang suka buntutin saya kemana-mana (di papan ujiannya pun dia nulis nama saya lengkap dengan gambar hati dan sayap). Saya pernah kena mini heart attack karena voice note dari senior saya. Mungkin, kalo saya menyukai mereka, semua itu bakal terasa manis dan unyu.

Saya juga pernah melakukan beberapa hal konyol salah satunya seperti memasakkan sesuatu dan membawanya dikotak makanan yang mungkin dirasa mengerikan oleh si penerimanya. Sepertinya si penerimanya menjerit ngeri dalam hati seperti ada kecoa yang merayap dalam hatinya (berlebihan). Mungkin, kalo orang tersebut menyukai saya, bakal terasa manis dan unyu.

Kalo kata John Cage: It’s a matter of likes and dislikes.

Kalo anda suka atau tertarik dengan orangnya, makin aktif orang tersebut mendekati anda, makin kreatif orang tersebut melakukan upaya, makin manis kelihatannya. CUTE. DOBLER. Lalu merasa bahagia dan berbunga-bunga, terasa dikelilingi pelangi dan gula-gula kapas.

Tapi, kalo anda gak suka atau gak tertarik dengan orangnya, makin aktif orang tersebut mendekati anda, makin kreatif orang tersebut melakukan upaya, makin gila kelihatannya. CREEPY. DAHMER. Lalu merasa ngeri dan alergi, terasa dikelilingi tanah dan rayap.

Dobler atau Dahmer, Cute atau Creepy, titik penentuannya adalah dari likes atau dislikes.

Jadi, tips ngaco dari hal ini; 1. stay cool, be heartless. Kalo suka sama orang jangan ditunjukkan, jangan bilang-bilang. Kalo bisa, jangan suka sama orang, daripada ditolak mentah-mentah dan dianggap ‘Dahmer’? Mau? Katanya sih cuma orang tolol yang mau. Kalo begitu, hampir semua orang itu tolol dong kakaaak? (Kalo di Tom and Jerry, mukanya berubah jadi keledai) 2. Bisa juga, stay cool, be heartless. Sok suka sama orang yang sebenarnya gak disuka, bermanis-manis manja, dengan begitu kalo ditolak, dianggap ‘Dahmer’, atau dikhianatin gak akan terasa apa-apa, paling-paling hanya ber-Hahaha dengan ngaconya. 3. Bebaskan diri dari likes atau dislikes, kalo anda bisa melakukannya dan ditemukan alat pengetesnya, anda bisa jadi orang pertama di dunia dan mungkin dicatat di Guinnes World Records, atau, anda bisa berjajar bersama dengan batu-batu di pinggir kali. 4. ? 5. ?

Again, it’s a matter of love. LOVE. EVOL.

And here are some of entertaining quotes to broaden your minds.

If you love someone, set them free. If they come back, they’re yours, if they don’t, they never were. –Richard Bach

If you love someone, set them free. If they come back, they’re yours, if they don’t, here’s the poison, suicide yourself. –Shakespeare

If you love someone, set them free. If they don’t come back, continue to wait. –patient

If you love someone, set them free. If they don’t come back, forget them. –impatient

If you love someone, set them free. If they don’t come back, kill them. -killer

If you love someone, set them free. If they come back, set them free again. –playful

Etc, etc.
Well, actually, no one really cares, so get over it. Let’s put pajamas on and go to bed.




If you love someone, love them. Easy. the whispering mystical donkey and unicorn

29 March 2013

Cooking Is Easy

Belakangan ini saya doyan makan banget, dan berhasil naik 2 kilo atau 3 kilo. Yeay.. :( 
Saya memang jarang memasak, masak se-niat-nya saja. Motto memasak saya adalah better rare than never. Tapi kali ini saya mau nulis resep makanan, maunya sih menulis resep sate padang, tapi saya ga bisa masaknya (Haha?). Lalu tadinya mau menulis resep spaghetti, tapi karena sepertinya hampir semua orang sudah bisa membuatnya layaknya memasak mie instan, jadi saya ganti menulis resep Macaroni Shotel.
Percayalah, memasak itu gampang, lebih gampang daripada memainkan Sonata Beethoven op.13 dan membaca tulisan Heidegger!

Macaroni Schotel

Bahan:
1 bungkus (225 g) maccaroni
2 liter air
1 sdt garam
2 sdm margarin
100 g bawang bombay, cincang
1 atau 2 siung bawang putih, cincang
300 g daging kornet atau daging cincang
50 g tepung terigu
500 ml susu cair
1 sdt lada bubuk putih atau hitam
½ sdt pala bubuk
3 butir telur ayam, kocok
200 g keju cheddar, parut
100 g keju mozzarella, parut
1 sdt oregano kering

First aid kit: thrombopop, bioplacenton, betadine, hansaplast (saya gak tau anda bagaimana ya, tapi kalau saya yang memasak biasanya berakhir dengan rentetan produk tersebut, kemarin memasak telur mata sapi saja lengan saya kecipratan minyak panas, kemudian saya jadi sibuk mengoles-ngoles bioplacenton di lengan, lalu pernah waktu mengupas mangga dan memarut kelapa jari saya teriris lalu jadi sibuk membubuhkan betadine sambil jejeritan, too excited -__-)

Cara memasak:
1. Rebus macaroni dalam air yang diberi sedikit garam hingga ¾ matang (aldente!), angkat, tiriskan.
2. Panaskan margarin, tumis bawang bombay dan bawang putih sampai harum, masukkan daging cincang, tumis sampai matang, taburi terigu, aduk rata.
3. Tuang susu cair di mangkuk besar, tambahkan telur, lada bubuk, parutan keju mozzarella dan keju cheddar, kocok lepas.
4. Siapkan loyang (satu loyang besar, atau dua loyang kecil) olesi permukaannya dengan margarin agar adonan tidak lengket (dan lebih mudah mencucinya nanti kalau sudah selesai makan).
5. Tuang adonan di loyang (saya biasanya menata macaroni rebusnya dulu, lalu menambah daging cincang yang ditumis dengan bawang, terakhir menyiram dengan adonan susu cair).
6. Taburi oregano kering dan parutan keju cheddar diatas permukaan adonan.
7. Panggang selama 35-40 menit dengan suhu 180’ celcius di microwave (karena microwave di dapur rusak, saya memanggangnya di atas kompor menggunakan loyang kecil di dalam happy call dengan api sedang)

Ta-da!


Ehem, tampilannya mungkin kurang meyakinkan, tapi serius, rasanya enak loh..

21 March 2013

Siang Makan Selamat


Benar-benar manis rasanya ketika orang melupakan eksistensi kita sampai mereka memerlukan sesuatu dari kita. Manis seperti saccharine.

Hai. Kemana saja anda beberapa minggu ini? Ada tapi tidak ada. Pedulikah anda pada kondisi saya? Tahukah anda apa saja yang saya lalui? Tahukah anda masalah-masalah saya? Pedulikah anda pada keinginan dan harapan saya yang sebenarnya anda ketahui? Tahukah anda saya peduli pada anda dan ingin anda peduli juga pada saya? Oh, tidak apa-apa, saya tahu anda sibuk dan sangat egois. Sementara saya kelihatannya tidak sibuk dan sangat altruis? Toh saya bisa memenuhi kebutuhan saya sendiri dari bensin sampai makanan. Begitu kan yang anda pikir? Toh saya juga dengan senang hati direpotkan mengantar ini itu yang anda perlukan kalau anda meminta. Sementara kalau kita bertemu pun saya hanya berkesempatan bicara sedikit mengenai keinginan saya yang diacuhkan dengan masa bodoh sementara anda lebih tertarik menceritakan kesenangan hari-hari anda serta orang-orang yang anda temui, makanan yang anda makan, dan sebagainya. Sementara anda tidak akan mau tahu bahwa dua hari terakhir sarapan saya adalah obat maag, makan siang dan malam saya berkisar dari cornflakes dan mie instan. Hari-hari saya dipenuhi tugas dan kerjaan ini dan itu. Jadi kenapa anda ingin dan merasa perlu memajang saya di depan teman-teman anda? Seakan anda bangga pada saya dan peduli sekali pada saya? Seakan kalau saya terlihat manis, berpakaian rapi, dan berdiri tegak itu karena anda? Lalu kita bisa tersenyum di depan mereka? Lalu mereka bermanis-manis memuji kita? Lalu saya bisa pulang dengan gundah seperti biasa?

Mood saya sedang buruk sampai tidak bisa merekayasa diri sebagai sekedar pajangan. Jadi maaf saya tidak bisa kesana. Selamat makan siang, Ma.

18 March 2013

Simply Not Simple


Kalo mbak-mbak indomaret ga ngomong ke saya, saya ga bakal sadar kalo saya selama ini pake segala-gala dove dan suka pake dove. Biasanya si mbak-mbak indomaret cuma nyapa saya, “Udah selesai ngajar les ya mbak? Mau pulang?”. Tapi waktu itu dia bilang, “Mbak suka banget ya pake dove?” sambil ngeluarin shampo dan conditioner dove dari keranjang belanjaan saya. Sisanya cemilan-cemilan ga jelas seperti takio, pringles keju, smax ring keju, genji pie dan susu ultra.
Sampai di kamar, setelah melempar belanjaan di lantai, saya langsung ngeh, dari shampo, conditioner, sabun, lotion, sampai deodoran saya merknya dove. -______-

Kalo temen saya (yang jualan jam tangan dan belum berhasil menjual jam ke saya) ga ngomong ke saya, saya ga bakal sadar kalo selama ini pake jam tangan itu-itu aja. Elle studio ED 093. Kalo satpam blok C gak nyapa-nyapa saya, saya ga bakal sadar kalo beberapa kali seminggu saya lewat di rute yang sama dan dijam yang sama.

Apakah ini gejala kantian-hayonitis-syndrome?
Atau memang saya yang sesederhana itu?
Atau sebaliknya?

13 March 2013

The Inductive Detective


Sherlock Holmes and Dr. Watson went on a camping trip. As they lay down for the night, Holmes said: “Watson, look up into the sky and tell me what you see”
Watson: “I see millions and millions of stars”
Holmes: “And what do you conclude from that?”
Watson: “Well, astronomically, it tells me there are millions of galaxies and potentially billions of planets. Astrologically, I observe that Saturn is in Leo. Horologically, I deduce that the time is approximately a quarter past three. Meteorologically, I suspect we will have a beautiful day tomorrow. Theologically I can see that God is all powerful, and that we are small and insignificant part of the universe. But what does it tell you Holmes?”
Holmes: “Watson you idiot! Someone has stolen our tent!”

In the annals of literature, no character is as renowned for his powers of ‘deduction’ as Sherlock Holmes. But the way Holmes operates is not generally by using deductive logic at all. He really uses inductive logic. First he carefully observes the situation, then he generalize form his prior experience.

We don’t know exactly how Holmes arrived at his conclusion, but perhaps it was something like this:
1. I went to sleep in a tent, but now I can see the stars.
2. My intuitive working hypothesis, based on analogies to similar experiences I have had in the past, is that someone has stolen our tent.
3. In testing hypothesis, let’s rule out alternative hypotheses:
a. Perhaps the tent is still here, but someone is projecting a picture of the stars on the roof of my tent. This is unlikely, based on my past experience of human behavior and the equipment that experience tells me would have to be present in the tent and obviosly isn’t.
b. Perhaps the tent blew away. This is unlikely, as my past experiences lead me to conclude that that amount of wind would have wakened me, though perhaps not Watson.
c. Etc.
4. No, I think my original hypothesis is probably correct. Someone has stolen our tent.
See, It’s induction. 

10 March 2013

Scriabin Etudes

These are a few of my favorite etudes:

Scriabin Etude op. 8 no. 12 
(Kissin is such an eye candy)

Scriabin Etude op. 8 no. 5
(Yea it's only slideshows)

Extremely difficult, extremely beautiful, extremely poetic.
You can mock me and my small hands (I can only stretch a 9th) as much as you like, but I'm going to try it anyway. SOMEDAY. HAHAHA.

9 March 2013

Book-cat-worm-errrrr


Sudah beredar di Gramedia. Buku piano untuk pembaca awam. 

Siapapun yang mengenal saya pasti tau betul isi buku tersebut tidak benar-benar saya banget. Judul annoying itu loh. (Judul dari pihak sana yang sepertinya hobi nonton silat). Lalu kata pengantar. (Saya tidak menulis kata pengantar). Lalu di isinya memang ada beberapa yang dihilangkan, dan ada beberapa yang ditambahkan. Ironisnya, di daftar pustaka, sumber-sumber yang tidak dibutuhkan karena dibabnya telah dihilangkan pihak sana, malah tetap ditulis, selain itu juga terdapat banyak sumber-sumber sama yang ditulis dengan ganda yang menandakan ketidaktelitian: bukan saya banget (sok). Terlebih, di akhir buku malah dicantumkan aplikasi handphone yang ada pianonya. (Saya bakal nyinyir: WTH??!! Mau main piano ya main piano, main handphone ya handphone!) Tapi ya sudahlah, incorrigibility seperti itu adalah salah satu faktisitas manusia. Bagaimanapun, saya telah memperoleh pelajaran dari pengalaman ini (Lockean banget).

Kalo dipikir-pikir lagi, hidup saya memang gak jauh-jauh dari buku. Dari TK saya sudah suka baca buku, kalau buku-buku dongeng, komik, dan cerita anak-anak sudah habis saya baca dan belum dibelikan yang baru, saya mengais buku di rak ibu saya (yang tidak jelas) terdiri dari resep masakan, diet, majalah cosmopolitan, dan novel Sidney Sheldon (bacaan yang gawat untuk anak TK).

Sekarang, disebelah kanan tempat tidur saya adalah rak buku yang isinya meluap. Disebelah kiri tempat tidur saya adalah tembok yang dipasangi papan rak buku (lukisan-lukisan saya yang konyol digusur demi buku-buku, kadang kepikiran juga gimana kalo saya mati konyol saat tidur gara-gara ketimpa rak buku sendiri, lukisan-lukisan yang digusur pasti ngetawain saya). Diingat-ingat, pekerjaan pertama saya adalah di umur 15 tahun, menjadi first reader di penerbit buku GagasMedia. Saya merupakan anggota paling muda, seorang anak SMP tengil berkacamata dengan rambut dikeriting dan dicat merah yang ikutan rapat seminggu sekali dengan first reader lain yang merupakan anak-anak kuliahan dan juga pihak penerbit yang memberi rentetan buku yang masuk. Tiap minggunya saya harus membaca, mengevaluasi dan menilai 7 buku untuk membantu penerbit menilai kelayakan buku yang mau dilemparkan ke pasar, dan membantu mengurangi kecintaan saya pada buku (kadang ketemu buku memuakkan). Selama kuliah ini, pekerjaan saya selain ngajar les piano, usher yang senyam-senyum, duta pariwisata yang juga senyam-senyum, ya tentu jadi pembaca buku, entah buku filsafat, buku musik, maupun novel (walaupun sudah agak bete membaca dan sudah enggan memproklamirkan hobi membaca).

Selanjutnya; novel! Didalamnya akan ada darah, air mata, dan keringat (dan mungkin cairan tubuh lainnya). Tapi... Skripsi dulu!

5 March 2013

Cantik Itu Luka


“Jadi kau sepakat bahwa kau jadi pelacurku seumur hidupmu?”
“Tak selama itu. Tapi selama kau mampu, terutama uang dan kemaluanmu.”
“Aku bisa mengganti kemaluanku dengan ujung jari, atau kaki sapi jika kau merasa kurang.”
“Ujung jari telah cukup, asal tahu cara memakainya. Semua perempuan itu pelacur, sebab seorang istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin dan uang belanja, atau cinta jika itu ada. Menjadi seorang pelacur harus mencintai segalanya, semua orang, semua benda: kemaluan, ujung jari, atau kaki sapi. Aku merasa jadi santa sekaligus sufi.”
“Sebaliknya, cinta membuatku sangat menderita.”
“Kau bisa mencintaiku, tapi kau jangan berharap terlalu banyak dariku, sebab itu tak ada hubungannya dengan cinta.”
“Bagaimana mungkin aku mencintai seseorang yang tak mencintaiku?”

3 March 2013

Cinta?

Cinta. Sebagian diri saya mengernyit ketika mengetik kata tersebut. Sebagian lainnya tidak tahu persis mau berekspresi bagaimana.

Tidak ada yang pernah tahu persis apa definisi dan deskripsi cinta. Setidaknya yang sudah-sudah secara subjektif telah mencoba menjelaskannya, dengan karakter mereka masing-masing. Saya sendiri sepertinya belum sanggup menjelaskan cinta. Mengapa cinta bisa muncul? Mengapa bisa jatuh cinta pada orang tertentu? Saya masih tidak mengerti. Sepertinya perasaan tersebut muncul begitu saja tanpa peringatan efek samping. “Jangan jatuh cinta. Jangan jatuh cinta padanya,” kata suara kecil itu, padahal sudah terlanjur terjatuh, lalu berlagak seperti tidak terjadi apa-apa padahal mondar-mandir didalam lubang. Tiba-tiba saja sudah terseret arus kekacauan samudra perasaan, sebelum akhirnya sadar bahwa sudah terseret, dan menemukan sulitnya berenang melawan arus tersebut (Saya bahkan tidak bisa berenang).

Cinta itu sederhana, tapi manusia kesulitan dengan kesederhanaan itu. Cinta tidak bisa dipaksakan. Cinta tidak bisa ditukar dengan apapun. Biarpun si pengemis cinta segigih budak, memberi ratusan pesan perhatian perhari, ribuan lusin mawar atau uang semilyar, kalau yang dicintai tidak mencintai balik, ya sudah, itulah yang harus diterima. Saya tidak percaya ada kausalitas dalam cinta. Seorang polisi bisa saja jatuh cinta pada seorang penjahat, seorang yang masih muda bisa saja jatuh cinta pada seorang yang umurnya sudah kelipatan dua darinya, atau seorang yang dikelilingi makhluk-makhluk rupawan tiba-tiba jatuh cinta pada seorang yang biasa saja, dan seterusnya. (Hal ini bisa ditelusuri secara psikologis terhadap kecenderungan-kecenderungan tertentu, tapi ya namanya juga cinta)

Cinta=misteri.

Tapi sepertinya saya tahu beberapa gejalanya (mirip seperti penyakit) yang terdiri dari rangkaian serangan panik, gugup, jantung berdebar-debar, telapak tangan basah, tiba-tiba senang, tiba-tiba kesal, susah tidur, susah makan, dan sebagainya.

Kalau cinta itu mirip penyakit, adakah obatnya? Bisakah cinta menular?

Mungkin nanti dimasa depan akan ada ilmuwan yang menciptakan pengobatan penghilang rasa cinta, untuk menghilangkan cinta yang mengganggu  atau menyiksa. Terkadang memang lebih nyaman untuk tidak merasakan apa-apa selain kehampaan.

Mungkin nantinya dialog di ruang praktek dokter akan berurutan seperti ini dari satu ruang ke ruang di sebelahnya:
Dokter: Anda sudah mengidap tumor selama 3 bulan. *lalu menulis resep obat*
Pasien: *shock, beberapa minggu kemudian mati karena shock*
Dokter: Anda sudah mengidap cinta selama 3 bulan. *lalu menulis resep obat*
Pasien: *shock, beberapa minggu kemudian mati karena shock*
Dokter: Ini bukan tumor, hanya benjolan gigitan serangga.
Pasien: Oh. *lega*
Dokter: Ini bukan cinta, hanya nafsu saja.
Pasien: Oh. *lega*

Beberapa cinta, bagaikan penyakit akut, bisa terus ada selama bertahun-tahun. Menempel lekat, entah di hati, di jari, di otak, atau di jiwa, dibawa sampai mati. Beberapa cinta, bagaikan parfum yang disemprotkan, menguap setelah lama terpapar. Menanti semprotan parfum-parfum lainnya.