22 August 2014

Practice This New Birdcall

The way we live opens windows
And calls in a secret voice to anything
Still missing.

There is nothing in your mind
You have not invited in.

There is no event in your life
You in some way
Did not drive a hard bargain for.

We were all once like moons,
Often full and bright.

The heart, in its wisdom,
Ceaselessly shops for
Him.

The wise in any foreign country
Seek a true guide.

The guide says,

"Just practice this new birdcall,
It will attract to you
Something even
Greater than

Love."

p.319

13 July 2014

Mereka yang Bertanya

Satu hal yang dilakukan tidak hanya memiliki satu tujuan. Kadang malah yang dilakukan sama sekali tidak ada hubungannya dengan tujuan tersebut.

Apa tujuan paling logis dari bertanya?
Mendapatkan jawaban?

Katakanlah, kita ada dalam suatu diskusi dimana dalam diskusi tersebut dibicarakan mengenai lima hal yakni A,B,C,D,E.
Apa yang sebaiknya dilakukan bila berhadapan dengan orang-orang macam ini yang kebetulan diberikan kesempatan untuk bertanya?(kita dapat bertemu orang-orang begini dimana-mana)

1. Orang yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk berbicara yang ternyata isi bicaranya merangkum penjelasan dari pembicara diskusi sebelumnya dari A hingga E, lalu kemudian bicara berputar-putar lagi sampai kita sadar bahwa dia tidak mengajukan pertanyaan apapun, lalu kita harus mendesaknya untuk mengeluarkan pertanyaannya seperti “Maaf, jadi pertanyaannya apa?” Kemudian orang tersebut mengeluarkan pertanyaan darurat (orang ini tidak ingin bertanya, hanya ingin berbicara dan diperhatikan).
Jawab: berikan jawaban darurat untuk pertanyaan darurat.

2. Orang yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk berbicara berbusa-busa yang ternyata isi pembicaraannya adalah pengetahuan di kepalanya, (ternyata orang ini juga tidak ingin bertanya, ia hanya ingin berbicara dan diperhatikan bahwa ia juga memiliki pengetahuan, yang menurutnya tidak dimiliki oleh si pembicara, maka sepulang dari sana orang tersebut bisa merasa hebat dan jauh lebih baik dan bisa tidur lebih nyenyak), lalu setelah beberapa kalimat mendayu-dayu yang sama sekali bukan mengenai A hingga E melainkan X hingga Z keluar dari mulutnya, kita harus mendesaknya agar lebih efisien seperti “Maaf, jadi pertanyaannya apa?” (lalu orang ini biasanya akan bertanya yang intinya ingin menerapkan apa yang kita lakukan di A hingga E pada suatu X hingga Z, yang tentunya sebenarnya kurang relevan untuk ditanyakan).
Jawab: berikan jawaban tidak relevan untuk pertanyaan tidak relevan.

3. Orang yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu setelah mendapat kesempatan bicara melesat ke hadapan penonton sambil memegang mikrofon, setelah sadar betul jadi pusat perhatian, ia berbicara keras-keras dan menggebu-gebu (padahal sudah memakai mikrofon) aksinya ini biasanya melencengkan batas antara diskusi atau debat, lalu dibubuhi kata-kata yang kurang pantas, seperti dirinya yang melenceng, ia pun membuat sifat diskusi yang melenceng jadi debat melenceng lagi menjadi verbal abuse; pertama dari volume suara kerasnya yang mengganggu, kedua dari pemilihan kata yang menyiratkan banyak makna seperti kemisoginisan dan ketidakmampuan untuk menerima pandangan yang berbeda, serta menyiratkan banyak ketidakpuasan pada dirinya yang dilimpahkan pada orang lain, ketiga ya, orang ini memang senang mengkritik dan mencerca dan mendapatkan kepuasan dari hal tersebut. Setelah bicara panjang lebar hingga menyulut emosi, kita harus mendesaknya supaya ia cepat-cepat selesai bicara dan mengeluarkan pertanyaan “Maaf, jadi pertanyaannya apa?” Lalu orang ini biasanya akan membentur-benturkan A dengan H, B dengan G, C dengan J, dan seterusnya, ternyata bahkan orang ini belum membaca bahan diskusi (orang ini tidak ingin bertanya, hanya ingin menyulut konflik dan sepertinya orang macam ini harus digotong ramai-ramai lalu dibawa ke psikolog saja atau asylum sekalian).
Jawab: berikan jawaban yang menyulut konflik untuk pertanyaan yang menyulut konflik(?)

4. Orang yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk berbicara panjang lebar, lalu kita sadar bahwa orang ini sedang entah kenapa menceritakan cerita hidupnya yang sama sekali tidak relevan, lalu kita harus memotong ceritanya dan bertanya “Maaf, jadi pertanyaannya apa?” Lalu orang ini biasanya akan bingung juga pada diri mereka sendiri di tengah cerita mereka.
Jawab: tidak perlu memberikan jawaban pada tidak ada pertanyaan.

5. Orang yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk berbicara dengan singkat, padat, relevan, dan efisien, untuk bertanya dengan cerdas namun tidak songong.
Jawab: jarang sekali bertemu dengan orang macam ini (angkat bahu), berikan momen sesaat untuk merasa kagum, dan jawab pertanyaannya baik-baik sebisanya.

7 July 2014

Suka-Suka


Kunci dari kehidupan adalah mencari kesenangan dan menghindari kesakitan. Cara hidup yang baik adalah menggunakan gaya hidup yang sederhana, sesekali bersama dengan orang-orang yang kita kasihi, sesekali menyendiri, sebisa mungkin menjauh dari hal-hal dan orang-orang tak kita sukai atau berpengaruh buruk pada diri kita. Sebagai orang yang pernah teraniaya dengan kesibukan, ketika mendapatkan waktu libur, cara memanfaatkan waktu libur yang baik adalah bangun dari tidur yang nyenyak, senyum pada bayangan di cermin walaupun bayangan itu nampak semrawut, cuci muka dan sikat gigi, membuat sendiri sarapan plus makan siang kesukaan seperti misalnya roti isi telur dan tomat,  susu full cream dan dua sendok madu, dan pisang, baca buku sedikit, main piano sedikit, mandi, pergi keliling sedikit, melakukan hal-hal menyenangkan, lalu tidur malam dengan gembira.

30 June 2014

Renungan Rendra

Hak Oposisi

Aku bilang tidak,
Aku bilang ya,
Menurut nuraniku.
Kamu tidak bisa mengganti
Nuraniku dengan peraturan.
Adalah tugasmu untuk membuktikan
bahwa kebijaksanaanmu
pantas mendapat dukungan.
Tapi dukungan –
Tidak bisa kamu paksakan.
Adalah tugasmu
Untuk menyusun peraturan
Yang sesuai dengan nurani kami.
Kamu wajib memasang telinga,
– selalu,
Untuk mendengar nurani kami.
Sebab itu, kamu membutuhkan oposisi.
Oposisi adalah jendela bagi kamu.
Oposisi adalah jendela bagi kami.
Tanpa oposisi: sumpek.
Tanpa oposisi: kamu akan terasing dari kami
Tanpa oposisi, akan kamu dapati gambaran palsu tentang dirimu.
Tanpa oposisi kamu akan sepi dan onani.

Hal. 11




Kesaksian tentang Mastodon-Mastodon

Pembangunan telah dilangsungkan.
Di tanah, di air, dan udara sedang berlangsung perkembangan.

Aku memberi kesaksian
bahwa di Jakarta
langit, kelabu hambar dari ufuk ke ufuk.
Rembulan muncul pucat
Seperti istri birokrat yang luntur tata riasnya.
Sungai mengandung pengkhianatan
Dan samudra diperkosa.
Sumpah serapah keluar dari mulut sopir taksi.
Keluh kesah menjadi handuk bagi buruh dan kuli.

Bila rakyat bicara memang bising dan repot.
Tetapi bila rakyat bisu itu kuburan.
Lalu apa gunanya membina ketenangan kuburan,
bila ketenangan hanya berarti kemacetan peredaran darah?

Aku memberi kesaksian
bahwa negara ini adalah negara pejabat dan pegawai,
Kebudayaan priyayi tempo dulu
diberi tambal sulam
Dengan gombal-gombal khayalan baru
bagaikan para pangeran di zaman prailmiah.
Para pangeran baru bersekutu dengan cukong asing,
memonopoli alat berproduksi dan kekuatan distribusi.

Para pedagang pribumi hanya bisa menjual jasa
atau menjadi tukang kelontong
boleh menjadi kaya tetapi hanya mengambang kedudukannya.
Tirani dan pemusatan
adalah naluri dan kebudayaan pejabat dan pegawai.
Bagaikan gajah para pejabat menguasai semua rumput dan daun-daunan.
Kekukuhan dibina,
tetapi mobilitas masyarakat dikorbankan.
Hidup menjadi lesu dan macet.
Ketenangan dijaga
tetapi rakyat tegang dan terkekang.
Hidup menjadi muram, tanpa pilihan.

Aku memberi kesaksian,
Bahwa di dalam peradaban pejabat dan pegawai
filsafat mati
dan penghayatan kenyataan dikekang
diganti dengan bimbingan dan pedoman resmi.
Kepatuhan diutamakan,
Kesangsian dianggap durhaka.
Dan pertanyaan-pertanyaan
dianggap pembangkangan.
Pembodohan bangsa akan terjadi
Karena nalar dicurigai dan diawasi.

Aku memberi kesaksian,
gajah-gajah telah menulis hukum dengan tinta yang munafik.
Mereka mengangkang dengan angker dan perkasa
tanpa bisa diperiksa,
tanpa bisa dituntut,
tanpa bisa diadili secara terbuka.
Aku bertanya:
Apakah ini gambaran kesejahteraan
dari bangsa yang mulia?

Aku memberi kesaksian,
bahwa gajah-gajah bisa menjelma menjadi mastodon-mastodon.
Mereka menjadi setinggi menara dan sebesar berhala.
Mastodon-mastodon yang masuk ke laut dan menghabiskan semua ikan.
Mastodon yang melahap semen dan kayu lapis.
Melahap tiang-tiang listrik dan film-film impor.
Melahap minyak kasar, cekngkih, kopi, dan bawang putih.
Mastodon-mastodon ini akan selalu membengkak, selalu lapar
selalu terancam
selalu menunjukkan wajah yang angker
dan mengentak-entakkan kaki ke bumi.

Maka mastodon yang satu
Akan melotot kepada mastodon yang lain.

Matahari menyala bagaikan berdendam.
Bumi kering
Alam protes dengan kemarau yang panjang.
Mastodon-mastodon pun lapar
dan mereka akan saling mencurigai.

Lalu mastodon-mastodon akan menyerbu kota.
Mereka akan menghabiskan semua beras dan jagung.
Mereka akan makan anak-anak kecil.
Mereka akan makan gedung dan jembatan.
Toko-toko, pasar-pasar, sekolah-sekolah,
masjid-masjid, gereja-gereja,
semuanya akan hancur.
Dan mastodon-mastodon masih tetap merasa lapar,
selalu waswas,
tak bisa tidur,
yang satu mengawasi yang lain.

Aku memberi kesaksian,
seandainya kiamat akan terjadi di negeri ini,
maka itu akan terjadi tidak dengan pertanda
bangkitnya kaum pengemis,
atau munculnya bencana alam,
tetapi akan terjadi dengan pertanda
saling bertempurnya mastodon-mastodon.

Hal.12-15




Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia

Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja.
Bangkai-bangkai yang tergeletak lengket di aspal jalanan.
Amarah merajalela tanpa alamat.
Ketakutan muncul dari sampah kehidupan.
Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah.

O, zaman edan!
O, malam kelam pikiran insan!
Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan.
Kitab undang-undang tergeletak di selokan.
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan.

O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!
O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja!
Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan
bahwa hukum harus lebih tinggi
dari keinginan para politisi, raja-raja, dan tentara.

O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!
Berhentilah mencari Ratu Adil!
Ratu Adil itu tidak ada.
Ratu Adil itu tipu daya!
Apa yang harus kita tegakkan bersama
Adalah Hukum Adil.

Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara.
Bau anyir darah yang kini memenuhi udara
menjadi saksi yang akan berkata:
Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat,
apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa,
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan,
maka rakyat yang terkekang akan mencontoh penguasa,
lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya.

Wahai, penguasa dunia yang fana!
Wahai, jiwa yang tertenung sihir takhta!
Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?
Apakah saran akal sehat kamu remehkan
berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap
yang akan muncul dari sudut-sudut gelap
telah kamu bukakan!
Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi.
Air mata mengalir dari sajakku ini.


Hal.20-21

23 June 2014

Instan

Someday, communication would become instantaneous, but people would have nothing to say – Kierkegaard

Sangat benar.
Kita menggenggam alat canggih di tangan yang memungkinkan kita untuk mengirim pesan apapun untuk berkomunikasi.
Begitu mudah kan?
Sekaligus begitu sulit.
Rasa-rasa berharga melorot menjadi rasa-rasa picisan.
Terlalu banyak kesempatan, terlalu banyak kata-kata bertaburan dimana-mana, hingga yang begitu banyak jadi bukan apa-apa.

Saya sering berpikir saat sedang mengetik pesan, “Apa penting saya mengatakan ini?”. Saya juga sering berpikir saat sedang membaca pesan “Apa penting orang ini mengatakan ini?”
Lalu, seperti yang sering terjadi saat sedang mengetik pesan, saya membaca ulang kalimat yang saya tulis, untuk menghapusnya dan menghapusnya, memikirkan bahwa hal tersebut terlihat konyol bila dibaca dari pesan singkat dan saya akan mengatakannya nanti saja bila bertemu langsung.
Lalu, begitu bertemu langsung, saya jadi benar-benar lupa apa yang ingin saya katakan sebelumnya.

Lalu, saya tidak mengatakan apa-apa.

1 June 2014

The Philosophy of a Madwoman

It was a dark and gloomy night.
You said, “Your feelings are all covered with dust and spiderwebs.”
You said, “I am judging you.”

In somewhere else.
Some seeds have sprouted beneath a radiant silver star.
They are singing.
Because they know you very well.

I looked at you.
For your premature judgement.
For my expectation on your way of thinking.
Disappointed.

In somewhere else.
Some night flowers have bloomed beneath a radiant silver star.
They are singing.
Because they know me very well.

I remember.
The day when our eyes first met.
And the day when I was holding you closer than most.
Through your music.

I realized.
That in the beginning you already have a prejudice.
A confinement that framed your thoughts.
“Lunatic”.

There was nothing to be said.
I know where we were going.
Visible from a distance as gentle, hazy things, that seem inviting.
Nowhere.

It was a dark and dreary night.
I whispered, “Your thoughts are all covered with dust and spiderwebs.”
I whispered, “I am now judging you.”

This is why the delicate rose has thorns.
This is why the elegant moon has craters.
And all other divine creatures.
They may sometimes cry and moan in a dignifed silence.

Some say both reason and emotion must endeavor.
Meet the woman of reason and the man of emotion.
The narrow-hearted and the narrow-minded were carousing in this wonderland.

Scuffled in the dark.
Beneath the scent of lightning.
Break into applause.



--/05/14 

18 May 2014

A Message From The Lover Of God

“Run my dear,
From anything
That may not strengthen
Your precious budding wings.

Run like hell my dear,
From anyone likely
To put a sharp knife
Into the sacred, tender vision
Of your beautiful heart”


p. 28

4 May 2014

Some of The Planets are Hosting

Some of The Planets are Hosting

The ear becomes alert when music says, “I’m over here.”
The eye goes on duty, becomes viable,
When beauty whistles and points to her dress on the ground.

God has sent out ten thousand messengers
Announcing a great bash tonight some of the planets are hosting
Where the lead singer is God, Himself.

But most of those couriers
Have become drunk, got waylaid,
Disoriented to the hilt
With such exalted news,

And can no longer remember
The time and the place.

What does that have to do with you?


Plenty.

22 April 2014

Bedah Buku Apa Itu Musik?


Bedah buku pertama di kampus sendiri, UI Depok, dengan teman-teman dan dosen-dosen tercinta.



Bedah buku kedua di Yogyakarta, yang datang adalah mahasiswa, mahasiswi, dosen ISI, dan musisi. Saya pergi kesana dengan teman saya yang keren dari sananya, Mellisa, yang sekarang sudah menjadi pilot Garuda. Saya tidak punya banyak foto disini, tapi audiens jauh lebih banyak dari bedah buku pertama hingga tempat penuh. Saya rasa salah satunya karena orang-orang bersemangat untuk datang ke acara berkaitan dengan buku itulah kenapa Yogyakarta disebut kota pelajar?

Bedah buku ketiga di Jawa Pos ditulis dengan kritis oleh mas Aris Setiawan yang merupakan etnomusikolog dan dosen Fakultas Seni Pertunjukkan ISI.

Bedah buku keempat di Depok lagi, di Cak Tarno Institute, hehe. Saya tidak punya poster dan foto berkaitan. Acaranya sangat santai. Pak Tommy, bung Daniel, dan tentunya Cak Tarno ada disana.
Bedah buku kelima di Jakarta, dengan salah satu pembahasnya teman saya yang dari sananya pintar, Natasha. Audiens yang datang ada beberapa teman saya dan sepertinya mahasiswa serta mahasiswi didikan mas Yosie yang hobi riset dan ngopi.


Mengenai kritik dalam akhir ulasan di Jawa Pos bahwa "penulis banyak memindah ulasan dan pendapat dari referensi yang dibacanya sehingga terkesan sebagai etalase tempelan dari pelbagai buku", saya harap kelihatannya memang semudah itu, tapi tidak. Karena buku tersebut berangkat dari karya tulis akademis (program studi filsafat bagaimanapun berada di kampus UI yang memiliki standar penulisan tertentu), maka bentuknya demikian. Tapi saya perlu mengingatkan bahwa hampir semua hal yang kita ketahui, yang kita pikirkan, itu kita dapatkan juga dari gagasan orang-orang terdahulu. Menulis referensi merupakan bentuk penghargaan atas pikiran. Meskipun perlu referensi, tulisan juga perlu kebaruan, pada bagian analisa, saya hampir tidak menulis referensi karena pada bagian itu diperbolehkan mengandalkan hanya pikiran untuk akhirnya sampai pada kesimpulan.

Saya tidak menolak pentingnya berbagai data dan konsep, tetapi saya mengingatkan juga bahwa pikiran selalu memiliki sesuatu lebih dulu, kemudian mencari data, lalu menambahkan sesuatu ke data dan konsep sebelum pengetahuan baru bisa didapatkan, hingga pemikiran dalam buku tersebut akhirnya memiliki rangkaian konsep yang disusun dengan logika tersendiri. Analoginya, pelukis membayangkan ia mau melukis apa, tetapi ia harus mencari, memilih, dan meracik warna-warna yang sesuai dengan pikirannya, hingga akhirnya jadi sebuah lukisan baru.

Saya mesti akui, di banyak acara, saya bukan pembicara yang baik layaknya dalam keseharian. Banyak pikiran yang sulit terucap, pertanyaan yang tak terjawab, belum lagi gerak-gerik yang aneh karena saya canggung. Tetapi, saya harap buku Apa Itu Musik? meskipun banyak kekurangannya, sedikit bermanfaat bagi para pembacanya dan dapat terus dikritisi.



diperbarui tanggal 10/14/2016




23 March 2014

No, It Is Not Self-Hatred

Sabtu kemarin, saya ke kampus untuk mengikuti dua mata kuliah, salah satunya adalah Kepribadian Klasik.
Kebetulan, yang dibahas adalah Karen Horney. Horney berjasa dalam Ilmu Psikologi, khususnya karena ia mencetuskan Feminine Psychology, ia sadar bahwa psikoanalisis Freudian sangat condong pada laki-laki (Alfed Adler sebelumnya juga sadar pada hal ini dan menyebut ini sebagai "masculine protest") lalu Horney meneruskan hal ini lebih lanjut dan menawarkan konsep "womb envy" sebagai lawan dari "penis envy" ala Freud.

Tapi yang ingin saya bahas bukan itu. Horney juga menguraikan konsepnya mengenai Self-Hatred. Ada enam bentuk dalam Self-Hatred, yang terakhir adalah Self-destructive actions and impulses, yang entah fisikal atau psikologikal, sadar atau tidak sadar, akut atau kronis, terjadi dalam tindakan atau hanya dalam imajinasi. Ekspresi umum dalam physical self-destruction ini adalah makan terlalu banyak, minum alkohol terlalu banyak, menggunakan obat-obatan, menyetir sembrono, kerja terlalu keras, dan terakhir, bunuh diri.

Kemudian di sebuah tempat makan setelah kuliah, salah satu teman kuliah saya yang asu bertanya, "Jadi, lo itu benci sama diri lo sendiri atau enggak?"

Menurut dia saya kerja terlalu keras. Dia tahu saya sakit-sakitan belakangan ini, dia tahu selain kuliah S2, saya bekerja di sebuah perusahaan, lalu saya juga mengajar les piano sedikit, dan sebentar lagi buku saya yang dari skripsi akan terbit. Yah pokoknya dia tahu bahwa saya sibuk dan lelah.

Lalu saya tanya diri saya sepanjang jalan pulang, "Jadi, saya itu benci sama diri saya sendiri atau enggak?"
Kata diri saya, jawabannya, "Enggak, saya gak benci sama diri saya sendiri, saya justru tahu bahwa saya mempunyai banyak ketertarikan ke hal lain, ya filsafat, ya musik, ya psikologi, ya penasaran sama dunia kerja, saya juga tahu bahwa saya paling gak bisa diam saja tanpa melakukan apapun, saya juga tahu bahwa hidup itu singkat dan saya harus melakukan hal-hal yang perlu saya lakukan selama saya masih hidup di dunia yang ini, dan saya juga percaya bahwa keberadaan saya memiliki telos tertentu."
Tapi itu mungkin bohong.

18 February 2014

Makhluk Mistis dan Ilmuwan Gila

Hydra, Griffin, Centaur, Minotaur, Medusa, Cerberus, dan Naga. Apa yang terlintas di kepala kita saat mendengar kata-kata tersebut?

Makhluk-makhluk mitologi. Makhluk-mahkluk aneh dengan banyak kepala, atau yang wujudnya merupakan campuran dari satu makhluk dan makhluk lainnya.

Benarkah mereka adalah sekedar makhluk-makhluk mitologi? Benarkah bahwa orang-orang kuno sangat gemar berkhayal dan membuat makhluk-makhluk dengan pikiran mereka? Atau mungkinkah orang-orang kuno benar-benar menggambarkan makhluk-makhluk yang pada saat itu memang benar-benar ada?

Mahabharata menuliskan bahwa Dewa Wisnu mengendarai Garuda di angkasa. Garuda digambarkan sebagai makhluk bertubuh seperti manusia, berwarna keemasan, bersayap merah, berwajah putih, berparuh elang, dan mengenakan mahkota. Ketika mendarat, Garuda mengguncang bumi dan menghembuskan angin besar sehingga debu-debu beterbangan, dan ukurannya yang sangat besar juga membuat kehadirannya bisa menghalangi cahaya matahari. Selain itu Garuda juga digambarkan senang memakan ular.

Bandingkan dengan pesawat jet yang terlihat bagai burung di angkasa dan heboh ketika mendarat, ukuran besarnya bisa menghalangi cahaya matahari, dan ketika mengisi bahan bakar terlihat seperti sedang memakan ular.

Mungkin orang-orang kuno hanya mencoba menggambarkan hal nyata yang mereka lihat pada saat itu dengan pemahaman mereka yang sangat terbatas mengenai teknologi?

Pernah dengar tentang Mohenjo-Daro? Kota kuno dari 2600 SM yang peradabannya sangat tinggi hampir seperti kota kita sekarang, dengan jalan utama yang terstruktur rapi, pipa saluran air di bawah jalan, toilet di dalam rumah, dan sistem pembuangan yang bagus? Hal spesial lain dari Mohenjo-Daro adalah, setelah diteliti oleh para ilmuwan, reruntuhan kota tersebut memiliki kandungan radioaktif yang sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari pada kandungan radioaktif di Hiroshima dan Nagasaki. Ada ledakan radioaktif yang membuat reruntuhan tersebut mengkristal. Tidak ada kebakaran alami atau letusan gunung yang dapat membuat panas setinggi itu. Ini membuat para ilmuwan berasumsi bahwa kota tersebut hancur seketika oleh perang nuklir.

Tapi kita akan sangat heran kan. Perang nuklir? Di masa kuno?

Mahabharata mungkin memiliki jawabannya. Kitab kuno dari masa 500 SM tersebut juga menggambarkan bahwa ada semacam pesawat terbang yang digunakan untuk meluncurkan senjata yang menghancurkan kota-kota. Penggambaran ini seperti penggambaran dari saksi mata terhadap ledakan bom atom, yaitu terangnya ledakan, gumpalan api dan asap, guncangan dan gelombang udara panas, penampakan korban-korban, dan efek keracunan radiasi seperti rambut rontok, muntah-muntah, lemas, kemudian mati.

Jadi di masa kuno pun sudah ada perang nuklir?

Oh ya. Di masa kuno juga sudah ada UFO dan USO. Garuda adalah contoh UFO, dan ikan paus yang menelan Yunus adalah contoh USO.
Di Injil, diceritakan bahwa Yunus dihukum dengan dibuang dari kapal di laut, lalu dia ditelan ikan paus dan berada dalam perut ikan paus tersebut selama tiga malam, lalu anehnya dia bisa keluar hidup-hidup dari ikan paus itu. Digambarkan bahwa rusuk paus itu terbuat dari perunggu berkilap. Kita yang di zaman sekarang akan bertanya, apakah itu benar-benar ikan paus? Bukan, itu USO. Yunus diculik alien selama tiga hari.

Hydra, Griffin, Centaur, Minotaur, Medusa, Cerberus, dan Naga merupakan makhluk-makhluk mitologi. Cerberus misalnya, merupakan anjing berkepala tiga. Tampaknya terlalu aneh untuk menjadi nyata. Homer menuliskan tentang Khimaira, monster yang berdada singa, berekor ular, dan berkepala tiga binatang berbeda. Term chimera, makhluk yang terdiri dari banyak hewan, datang dari makhluk-makhluk mitologi. Chimera nampaknya, bukan hanya makhluk mitologi.

Manusia juga bisa membuat hybrid-hybrid seiring kemajuan pengetahuan dan teknologi serta keberanian bereksperimen. Pada tahun 1954 di Rusia, Demikhov membuat anjing berkepala dua (dia percaya bahwa bukan hal yang tak mungkin untuk melakukan transplantasi organ tubuh manusia, temuan ini juga membuka jalan untuk cangkok jantung manusia di tahun 1960-an). 

Selanjutnya tahun 1970-an ilmuwan Amerika mencangkok satu kepala monyet ke monyet lain. Tahun 2003, ilmuwan Cina menggunakan teknik kloning untuk membentuk embrio yang terdiri dari DNA kelinci dan manusia. Ilmuwan Inggris membuat babi yang mengandung darah manusia (bukan monyet, tapi babi yang merupakan binatang yang DNA-nya paling mirip dengan DNA manusia, sehingga diharapkan dapat berguna untuk pencangkokan organ seperti jantung untuk manusia yang membutuhkan).

Jadi sangat memungkinkan bahwa makhluk-makhluk mitologi memang ada. Orang-orang kuno tidak hanya berkhayal, mereka melihat apa yang mereka lihat. Sangat memungkinkan bahwa orang-orang kuno berjumpa dengan para alien (yang mereka sebut dengan dewa-dewi) yang pengetahuan dan teknologinya sudah sangat tinggi sehingga senang bereksperimen membuat produk-produk hybrid seperti Hydra, Griffin, Centaur, Minotaur, Medusa, Cerberus, dan Naga. Mungkin mereka membuat hybrid untuk mengintimidasi manusia, mungkin supaya manusia menyembah mereka, atau mungkin hanya untuk bersenang-senang.

Lalu, mungkinkah manusia tadinya juga merupakan rekayasa genetik yang diciptakan alien? Agamawan dan ilmuwan pasti kali ini sama-sama setuju, untuk tidak setuju.

Lihat juga: Ancient Aliens

10 January 2014

Sedikit Tentang New Unconscious

Kira-kira sekitar tahun lalu di suatu pagi yang sibuk, saya bangun dari tidur yang hanya berdurasi tiga jam karena sampai rumah agak malam mengerjakan ini itu, lalu begadang baca ini itu dan tulis ini itu (saya sangat menikmati tidur, jadi tiga jam terasa sangat sedikit). Pagi itu saya mengendarai mobil ke kampus dengan mengantuk (saya tidak akan cerita tentang kecelakaan). Bensinnya tinggal sedikit jadi saya mampir ke SPBU terdekat. Saya minta isi bensin ke mas-mas petugas SPBU lalu duduk di mobil sambil membuka-buka dompet. Beberapa saat kemudian, mas-mas SPBU pergi entah kemana dan berganti jadi mbak-mbak dan bilang pada saya bahwa bensin sudah diisi dan dia bertanya pada saya apa saya sudah membayar? Saya langsung menjawab bahwa saya sudah membayar ke mas-mas tadi, dan saya juga menambahkan terima kasih. Lalu saya menyalakan mesin dan pergi. Di perjalanan, begitu bertemu lampu merah enam puluh detik, saya melirik tas dan kebingungan melihat dompet saya masih terbuka, ternyata uangnya pun utuh: saya tidak membayar bensin barusan. Seketika saya langsung mau balik lagi kesana saat itu juga, tapi karena pertimbangan telat dan ini itu, saya putuskan nanti saja pulangnya saya kesana untuk bayar (dan tenang, pulangnya saya langsung bayar kesana, dengan penjelasan apa adanya bahwa saya lupa belum bayar dan dihiasi tawa lega dari mas-mas dan mbak-mbak SPBU).

Itu contoh kejadian yang langsung terbayang saat saya baca bab awal dalam buku Subliminal yang ditulis Leonard Mlodinow (Mlodinow juga menulis The Grand Design bareng Stephen Hawking, kalau kalian sudah baca juga). Waktu di toko buku, saya menemukan dua versi dari buku ini, yang satu warna merah, terbitan Penguin, yang satunya warna hijau, terbitan Vintage. Isinya sama. Saya beli yang merah karena lebih ukurannya lebih ringkas dan lebih murah sedikit.
 

Mlodinow membahas tentang New Unconscious. Tentunya di awal-awal bertebaran nama Freud karena Freudlah orang rese nan berjasa yang mencetuskan konsep tentang Unconscious.

Mari singgung sedikit mengenai Freud dan Unconscious sebelum ke New Unconsciousnya Mlodinow. Freud melihat bahwa manusia terdiri dari jiwa dan tubuh (dualisme warisan Plato), tapi lebih dari itu, Freud juga memiliki gagasan bahwa jiwa sendiri terdiri dari beberapa bagian; id, ego, dan superego, dan masing-masingnya berkembang dalam tahap berbeda dalam kehidupan manusia. Secara singkat, id merupakan bagian impulsif yang dimiliki oleh manusia yang baru lahir (bayi) dimana semua kebutuhannya harus segera dipenuhi. Id menginginkan pemenuhan hasrat dan keinginan dengan segera, dan belum dipengaruhi oleh realitas dari dunia luar. Lalu, ego merupakan bagian dari id yang telah berkembang seiring dengan pengaruh dari dunia luar. Seperti id, ego memiliki banyak hasrat dan keinginan, namun karena sudah mendapat pengaruh dari dunia luar, ego memiliki pertimbangan dan strategi untuk mendapatkan pemenuhan hasrat dan keinginan (Freud mengibaratkan id sebagai kuda, sedangkan ego sebagai penunggangnya). Ego tidak memiliki konsep benar dan salah, bagi ego sesuatu itu baik atau buruk bergantung apabila sesuatu itu dapat memenuhi keinginan tanpa merugikan dirinya sendiri atau id. Sedangkan superego merupakan sesuatu di atas kuda dan penunggang kuda, yang memiliki nilai-nilai moral dari masyarakat yang didapatkan dari orangtua, sekolah, atau literatur yang seseorang baca. Superego mengandung conscience dan ideal self dan kedua hal tersebut dapat membuat seseorang berperilaku lebih teratur atau pantas, memperlakukan orang lain dengan lebih baik, atau merasa bersalah ketika melakukan hal-hal yang menyimpang.

Inti dari pemikiran Freud adalah manusia memulai hidupnya dengan pleasure principle, lalu seiring bertambah dewasa, manusia harus paham bahwa pleasure principle harus tunduk pada reality principle. Dalam proses tersebut, banyak sekali hasrat yang direpresi. Hasrat-hasrat tersebut masuk ke dalam Unconscious – Ketidaksadaran. Setiap manusia tentu memiliki tantangan dan rintangan tersendiri dalam perkembangan kejiwaan, ada yang kuat dan tidak kuat, mereka yang tidak kuat sering kita sebut sebagai orang sakit jiwa. Beberapa yang lain jauh lebih berbahaya dibanding yang terlihat sakit jiwa, mereka terlihat wajar dan normal seperti manusia lainnya, namun yang membedakannya adalah mereka begitu berbisa dan tidak bisa merasakan empati dan simpati, juga tidak bisa merasa bersalah apabila melakukan sesuatu yang salah, mereka bisa kita sebut sebagai psikopat.

Mlodinow berkata bahwa kelakuan manusia merupakan produk dari aliran persepsi, perasaan, dan pemikiran, baik pada kesadaran dan ketidaksadaran. Mungkin ini yang melatarbelakangi bahwa psikologi begitu menyukai aliran behaviourisme, karena kelakuan begitu compact: banyak muatan di dalamnya. Namun demikian, mengutip Bargh, manusia melakukan hal-hal untuk alasan yang tidak mereka ketahui. (Contoh sederhana: kadang kita merasa ingin untuk pergi ke suatu tempat, padahal biasanya kita tidak pergi kesana). Kita sebagai manusia sering kali mengira bahwa kita merupakan nahkoda dari jiwa kita sendiri, dan sangat mengerikan ketika kita merasa bahwa ternyata tidak demikian. Kadang-kadang kita mengalami apa yang disebut dengan psychosis – perasaan terpisah dari realitas dan berada di luar kendali.

Unconscious yang digagaskan oleh Freud, sering kali didefinisikan oleh para neuroscientist sebagai “hot and wet; it seethed with lust and anger, it was hallucinatory, primitive and irrational” sedangkan New Unconscious adalah yang “kinder and gentler than that and more reality bound”. Perbedaan lebih lanjut adalah, New Unconscious yang tidak dapat diakses tidak dianggap sebagai mekanisme perlawanan atau sesuatu yang tidak sehat, justru dianggap normal sebagai bagian dari proses evolusi (warisan Darwin). Disini, New Unconscious memiliki peran lebih penting untuk evolusi, tidak hanya melindungi kita dari hasrat-hasrat seksual atau kenangan-kenangan mengerikan dan menyakitkan, namun juga untuk survival sebagai sebuah spesies. Conscious berperan penting misalnya dalam mendesain mobil atau menguraikan hukum alam, namun untuk melindungi diri dari gigitan ular, kecelakaan mobil, dan orang-orang berbahaya, Mlodinow mengatakan bahwa kita harus berterima kasih pada Unconscious.

Pada prolog, diceritakan bahwa Peirce, (bukan Pevita, tapi filsuf Amerika, Charles Sanders Peirce)melakukan perjalanan dari Boston ke New York, dan dalam perjalanan itu, jam tangannya dicuri. Dia memutuskan untuk menebak pelakunya dan dia mencurigai salah satu orang dalam perjalanan tersebut. Meskipun orang itu mengelak (ya, pencuri mana ada yang mau mengaku? Dan ya, Peirce belum punya bukti) jadi setelah sampai, Peirce menyewa detektif dan intinya, ternyata identitas pencuri jam tangannya adalah orang yang memang dia tuduh dan curigai. Spekulasi dari cerita tersebut, para ilmuwan bisa mengatakan bahwa “Ya, itu kebetulan saja”. Lalu Peirce membuat eksperimen, dimana para subjek tes tersebut harus menebak benda mana yang lebih berat (padahal beda beratnya hanya sangat sedikit, berada dalam taraf deteksi minimum), namun dari eksperimen tersebut, sebesar 60 persen dari para subjek tes dapat menebak mana yang lebih berat dengan tepat. Itu eksperimen ilmiah pertama yang menyatakan bahwa: the unconscious mind possesses knowledge that escapes the conscious mind.

Dulu, pikiran manusia bagaikan kotak hitam yang tidak dapat diakses, namun kini, teknologi fMRI memungkinkan untuk memetakan aktivitas otak dengan mendeteksi aliran darah, dan dapat mengumpulkan data dari otak untuk merekonstruksi gambar dari apa yang seseorang lihat (dan dari rekonstruksi itu ternyata apa yang ada disana dan apa yang seseorang lihat bisa begitu berbeda). Ada pemahaman baru mengenai bagaimana cara otak bekerja, dan revolusi ini setidaknya disebut sebagai neuroscience. Dengan peralatan modern, kita dapat melihat struktur di otak yang menghasilkan perasaan dan emosi, bahkan kita dapat mengukur dan memetakan aktivitas saraf otak yang membentuk pikiran seseorang. Ilmuwan zaman sekarang dapat melakukan sesuatu yang melampaui berbicara pada pasiennya untuk menebak bagaimana pengalaman traumatisnya, dengan teknologi, ilmuwan zaman sekarang dapat langsung menunjuk perubahan otak yang merupakan hasil dari pengalaman traumatis dan memahami bagaimana pengalaman psikis traumatis dapat mengubah bagian otak secara fisik. Dalam mengobati pasiennya, Freud (dan para psikolog lain) tidak dilengkapi dengan peralatan untuk mengeksplorasi, dan dengan sederhana hanya berbicara pada pasiennya, mencoba menebak apa yang sedang berlangsung dalam pikiran mereka, mengobservasi dari sana, dan membuat kesimpulan apapun yang dianggap benar. Bagaimanapun, metode-metode demikian tak dapat diandalkan karena unconscious  tak akan pernah dapat diakses dan disingkap melalui refleksi dirinya sendiri melalui terapi macam itu, karena mereka berlangung di bagian di otak yang tak terbuka pada pikiran conscious.


Secara singkat, itulah yang membedakan New Unconscious dan Unconscious. Saya baru baca sedikit sih sebenarnya (dan mau melanjutkan). Selanjutnya silahkan membaca sendiri. Enjoy!

9 January 2014

(Emotionally) Unhealthy Men

Unhealthy men yang saya maksud disini bukan laki-laki penyakitan atau yang buncit kebanyakan makan. Unhealthy disini lebih merujuk pada dimensi mental dibanding tataran fisikal.

Saat membuat postingan ini, saya mengalami dan melihat banyak penindasan samar yang bisa dilakukan pada perempuan; penindasan samar yang mudah dilakukan ini khususnya pada media sosial. Kebanyakan dilakukan oleh laki-laki pengecut, yang penis dan akalnya mungkin sama pendeknya.

Pasti begini kronologinya.

Pertama, tentunya si laki-laki tertarik pada si perempuan (sepertinya lebih secara seksual dibandingkan intelektual karena agaknya kapasitas intelektual mereka tidak mencukupi untuk mengimbangi kapasitas intelektual perempuan).

Kedua, si laki-laki tidak punya keberanian bagai pejuang dan harga diri yang tinggi, serta di lubuk hatinya sesungguhnya dia tahu betul bahwa dia akan ditolak mentah-mentah oleh si perempuan karena dia sama sekali tidak pantas untuknya, namun kepengecutannya dan kekerdilannya membuatnya mengelak dari hal tersebut, dia tidak mau penolakannya diketahui secara nyata oleh orang-orang lain.

Maka, para laki-laki pengecut dan kerdil mentalnya menyusup lewat media sosial. Mengganggu bagaikan lalat. Mereka lebih buruk dibandingkan lalat. Bahkan lalat pun bisa bersikap lebih baik, mereka menyingkir bila diusir.

Melalui kotak masuk di berbagai media sosial, mereka merajalela dan mengganggu. Sekali, direspon dengan sopan. Kedua kali, direspon dengan enggan. Ketiga kali, si perempuan sudah merasa cukup terganggu untuk bisa mentolerirnya. Namun bagaimana caranya si perempuan menghindar dari perhatian yang tidak diinginkan? Satu: mendiamkan, dua: mendiamkan: tiga: mendiamkan, empat: kesal hingga menangis marah, lima: menyerang untuk menyadarkan. Namun, lebih bodoh dari orang bodoh sekalipun, si laki-laki tolol, bodoh dan mengerikan malah tetap saja mengganggu.

Ada juga, yang menyusup di kotak masuk media sosial: para laki-laki yang hidup di masa lalu. Mereka lupa bahwa dulu dan sekarang berbeda. Mereka membangun gubuk reyot di masa lalu dan hidup disana. Kekinian tidak nampak di mata mereka. Mata mereka ditempeli kotoran mata dari masa lalu. Agaknya obat tetes mata dari masa kini tak mampu membersihkannya.

Maka, jenis sama dari laki-laki pengecut dan kerdil ini memaksa dan tidak sadar sedang memaksa. Mereka meneror dan tidak sadar sedang meneror. Mereka lupa bahwa mereka tidak bisa selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Mereka lupa bahwa mereka tidak boleh memaksakan keinginan begitu saja karena si perempuan sama sekali tidak memiliki keinginan yang sama dengannya. Mereka lupa bahwa hal itu tidak lain adalah paksaan dan penindasan. Mereka lupa bahwa dalam hubungan yang baik, kedua pihak sama-sama senang, bukannya yang satu senang, dan yang satunya menderita. Agaknya mereka kurang membaca buku untuk memperluas wawasan. Penis dan wawasannya mungkin sama pendeknya.

Lagi, bagaimana caranya si perempuan menghindar dari perhatian yang tidak diinginkan? Keindahan selalu menarik dan selalu digunakan dan disalahgunakan. Lalu, haruskah si perempuan menjelekkan, membodohkan, dan membuat dirinya menjadi tidak menarik semata-mata agar tidak diganggu lagi? Haruskah si perempuan mengubah orientasi seksualnya dan membombardirnya di media sosial semata-mata agar tidak diganggu lagi?


Tidak perlu, perempuan. Jalani hidupmu seperti biasanya. Lakukan apa yang kau inginkan. Tetap pintar, tetap cantik, tetap sehat, tetap memukau. Jangan pedulikan para pengganggu. Mereka tidak layak untuk dapat perhatianmu, secuilpun.